Claude mengerjapkan matanya berulang kali. Namun, objek yang membuatnya terpaku itu tak kunjung menghilang dari pandangan.
Gila.
Ini gila.
Nalarnya sama sekali tak bisa menerima hal ini.
Bagaimana tidak, jika saat ini di hadapannya berdiri sosok yang harusnya telah tiada ... belasan tahun lalu.
“Diana ....” gumam Claude.
Di seberang sana, dengan mata merah mudanya Diana memandang Claude penuh arti. Dari bibirnya terukir sebuah senyum tulus. Lalu, bak diterpa angin sepoi-sepoi, rambut pirangnya yang bersinar itu menari-nari mengikuti arah angin. Pemandangan yang indah sekali.
Seperti melihat bidadari yang baru saja turun dari surga.
Sementara itu, dengan suaranya yang merdu dan lembut, ia memanggil si pria bermata safir, “Yang Mulia ....”
Claude terpaku di tempat, matanya terbelalak karena terkejut. Hatinya yang rapuh itu mulai goyah, teperdaya terhadap keberadaan tersebut.
“... Claude!”
Suara itu menggema, mengguncang kesadarannya. Claude menengadah, lalu menoleh ke kanan-kiri. Mencari sang pemilik suara yang sempat hilang wujudnya beberapa saat lalu. Suara yang barusan itu terdengar begitu nyata. “Diana?”
Namun, sosok itu lenyap.
Hanya ada keheningan.
Tak lama, sosok itu muncul kembali dari sudut berbeda. Sosok 'Diana' kembali menyerukan nama Claude, “Baginda!”
“Diana! Di manakah engkau ...!?” pekik Claude.
“Eksistensi saya tidak begitu penting, Baginda! Daripada itu ...,” tutur Diana, “mengapa Anda bisa di sini, Baginda?!”
“Jika Anda di sini, bagaimana dengan putri kita ... Athanasia, Baginda?”
“Ia anak yang hebat, Diana. Kau harus percaya sedikit padanya, bagaimanapun dia itu seorang Obelia–”
“Cukup, Baginda! Kalau Anda serius dengan ucapan Anda tadi, saya benar-benar tidak akan pernah memaafkan Anda! Saya tidak akan tenang di akhirat dan akan terus membenci Anda di setiap kehidupan saya bila bereinkarnasi nantinya!”
“Maaf, Baginda. Memang Anda itu tipe yang harus digerakkan hatinya dengan drama seperti ini.”
Setelah berkata demikian, kali ini sosok Diana benar-benar hilang, tak lagi hilang-timbul, bak ditelan oleh cahaya yang membutakan.
“Baginda!”
Suara lain terdengar, lebih tegas. Kali ini bukan suara Diana.
Felix berdiri di dekatnya dengan ekspresi khawatir.
“Baginda, sadarlah!”
Claude mengerjapkan matanya, kebingungan. Apa yang barusan terjadi?
“Bukan ... Yang kusesali hanya satu ... Tuhan, tolong berilah aku satu kesempatan.”
✦
Claude de Alger Obelia:
Suddenly I Became a Regressor
Sebuah AU di mana Papa Claude isekai ke semesta alternatif/dunia paralel SIBAP
Original light novel by Plutus
Comic illustration by Spoon
AU fanfiction by Shinadara
✦
《「Claude de Alger Obelia」 telah diberikan satu kali 『Kesempatan』 》
《 Gunakanlah 『Kesempatan』 ini sebaik mungkin 》
“Kesempatan? Apakah aku beregresi?” Claude menatap tangan kanan dan kirinya. Ukurannya jadi lebih kecil.
Dadanya berdegup kencang. Apakah aku beregresi?
Tidak. Ini lebih mirip reinkarnasi.
“Huh. Aku hanya pernah dengar sedikit-sedikit saja tentang Regresi dan Reinkarnasi dari orang-orang kuil. Siapa sangka aku juga bisa merasakannya sendiri?” dengus Claude.
“Keren juga. Sihir semacam apa ini?”
Di hadapannya, jendela biru dengan tulisan melayang muncul:
《 Misi I : Bertemu Kembali dengan Saudara Tercinta「Anastasius」》
【Detail Misi】
Sepanjang permainan ini, player 「Claude de Alger Obelia」bertugas untuk menyelamatkan「Anastasius」dari 「Syaiton」.
- Apabila player gagal menyelesaikan misi dalam batas waktu yang ditentukan, player akan dianggap telah kehilangan 「Anastasius」 secara permanen, dan sistem akan mengeksekusi skenario alternatif sesuai dengan status permainan saat itu.
- Jika player memilih untuk menyerah, player akan dikembalikan ke realita, tetapi dengan konsekuensi hilangnya 「Anastasius」 dari seluruh timeline yang ada. Semua ingatan terkait keberadaannya akan dihapus dari dunia.
- Jika player terus bertarung tetapi kehabisan tenaga, sistem akan memaksa eksekusi ulang pada titik penyimpanan terakhir, dengan pengurangan atribut kekuatan dan batas waktu yang lebih ketat.
- Jika player menggunakan metode yang tidak sesuai dengan persyaratan misi, sistem akan mengaktifkan Mode Hukuman, di mana tingkat kesulitan akan meningkat drastis, dan player harus menghadapi dampak psikologis serta fisik yang lebih berat.
Harap dicatat:
- Player hanya memiliki tiga kesempatan untuk menyelesaikan misi ini sebelum sistem secara otomatis memicu Game Over Permanen.
- Setiap kali player mengalami kegagalan, hubungan antara 「Claude」 dan 「Anastasius」 akan semakin melemah, sehingga kemungkinan untuk menyelamatkannya akan berkurang.
- Player dapat menggunakan memori dan emosi sebagai kunci untuk menembus pengaruh 「Syaiton」, tetapi jika player kehilangan kendali atas emosinya, sistem akan menganggapnya sebagai kegagalan otomatis.
Selamat bermain.》
《 Tips : 「Syaiton」menyukai tempat gelap sampai remang-remang, lembab. Dan ... psst! Hati-hati, mungkin saat ini mereka ada di sekelilingmu!》
《「Anastasius」telah terbujuk rayuan 「Syaiton」》
Claude berdiri di atas tanah yang dingin dan berpasir. Angin hitam berembus kencang, membawa bisikan-bisikan aneh yang seakan ingin merasuki pikirannya.
Di hadapannya, seorang pria berdiri dengan postur angkuh. Rambut perak Anastasius berkilauan di bawah cahaya bulan, tetapi matanya, yang dulu penuh karisma seorang pewaris tahta, kini berpendar dengan warna merah gelap.
Claude mendekat, tetapi kekuatan tak kasat mata menahan langkahnya.
Anastasius—atau Aethernitas, nama yang tertera dalam jendela biru-menatapnya penuh penghinaan.
“Keh-keh-keh! Siapakah monyet takabur yang berani-beraninya mendatangi sarangku kali ini?”
Suara tawa dingin menggema di udara.
Claude menajamkan pandangan. "Jadi ini benar-benar kau, Kak Anastasius?"
Sosok itu mengangkat dagunya, seringai licik terukir di wajahnya.
“Kak Anastasius?” Aethernitas—atau apapun yang menguasai tubuh saudaranya—mengerutkan dahi, seolah geli mendengar nama itu. “Ah, Claude, Claude ... apakah kau masih hidup di masa lalu?”
Claude mengepalkan tangannya. "Apa yang sudah mereka lakukan padamu?"
Aethernitas terkekeh, lalu mengangkat tangannya. Bayangan hitam mulai menjalar dari bawah kakinya, menjalar seperti akar pohon yang hendak mencengkeram apa pun di sekitarnya.
“'Mereka'? Tidak, Claude, aku tidak dikorbankan seperti yang kau pikirkan.” Suaranya merendah, berbahaya. “Aku memilih ini. Aku memilih untuk menjadi lebih kuat, karena aku muak melihat kelemahan keluarga kita.”
"Apa?"
“Kita, anak-anak Obelia, selalu diombang-ambingkan oleh takdir dan sihir bodoh yang diwariskan di garis darah kita.” Aethernitas menajamkan tatapannya. “Aku tidak akan membiarkan itu lagi.”
Claude menghunus pedangnya.
"Kau telah mati, Anastasius."
Aethernitas tersenyum sinis. “Oh, sayangnya tidak sepenuhnya. Aku tetap di sini. Sementara kau? Kau bahkan tidak menyadari betapa rapuhnya posisimu.”
Gelombang sihir gelap mendesak ke arah Claude. Ia melompat ke samping, menghindari serangan itu dengan gesit. Dalam hitungan detik, dia sudah menyerang balik—pedangnya berpendar dengan energi emas yang menandakan kekuatan keluarga Obelia yang asli.
"Aethernitas, jika kau masih memiliki kesadaran Anastasius, hadapi aku sebagai saudara!"
Aethernitas terkekeh, tetapi ekspresinya berubah lebih serius saat Claude melancarkan tebasan cepat. “Kau ingin bertarung? Baiklah!”
Bayangan hitam membentuk pedang di tangannya. Senjata itu tampak cair dan tidak stabil, tetapi memancarkan energi yang begitu kelam hingga membuat udara di sekitar mereka bergetar.
Keduanya saling menebaskan pedang mereka.
Klang!
Suara dentingan memenuhi udara saat pedang mereka berbenturan, menghasilkan percikan sihir yang memekakkan telinga.
Claude bergerak dengan gesit, menghindari tebasan bayangan yang berusaha merobek tubuhnya. Ia tahu ia tidak bisa mengulur waktu terlalu lama—sihir Aethernitas semakin menguat, dan Claude hanya memiliki satu kesempatan.
“Kenapa kau masih bertarung, Claude?” Aethernitas menyeringai, tekanan sihirnya semakin berat. “Bukankah seharusnya kau menyerah saja? Aku tahu, jauh di dalam dirimu, kau mengerti bahwa dunia ini jauh lebih kejam daripada yang kaukira.”
Claude mengertakkan giginya.
"Aku tidak bertarung hanya untuk diriku sendiri!"
Ia mengangkat pedangnya, dan cahaya keemasan menyebar dari bilahnya, menghantam bayangan hitam yang melilit di sekitarnya.
"Aku bertarung untuk keluargaku! Untuk rakyatku! Dan terutama—untuk Athanasia!"
Mata Aethernitas menyipit. Sejenak, ekspresinya berubah. Ada sesuatu yang berkedip dalam matanya—keraguan, atau mungkin kenangan yang ingin bangkit kembali.
Tetapi, itu hanya sesaat.
"Konyol.” Aethernitas menyapu lengannya, menciptakan badai bayangan yang mengarah ke Claude.
Claude menghindar, tetapi satu cabang bayangan berhasil menjerat pergelangan tangannya. Rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuhnya, seperti racun yang menggerogoti dagingnya.
“Kau selalu lebih lemah dariku, Claude,” bisik Aethernitas, “itu sebabnya kau menggulingkanku. Itu sebabnya kau—”
"TIDAK!"
Dengan kekuatan terakhirnya, Claude meremas pedangnya dan membiarkan sihirnya meledak. Energi emas memancar, membakar bayangan yang mengikatnya.
Dalam satu gerakan cepat, ia mengayunkan pedangnya.
Slash!
Pedang emas itu menembus dada Aethernitas.
Mata merah itu melebar.
“Apa...?”
Gelombang energi suci menyebar dari luka itu. Bayangan yang menyelimuti tubuh Aethernitas mulai retak, terkelupas seperti serpihan kaca yang jatuh ke tanah.
“Tidak adil ... pertandingan ini tidak adil! Ibu!”
《「Aethernitas」menantangmu untuk duel ulang 》
[Tolak] [Terima]
Claude mengepalkan tangan. Ia bisa saja bertarung, tetapi … apakah itu yang seharusnya ia lakukan?
Ia mengingat Diana.
Ia mengingat Athanasia.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Claude membuat keputusan yang berbeda.
Ia menolak ....
Claude menahan napas. "Anastasius …"
Wajah pria itu kembali terlihat, tak lagi dilingkupi kegelapan. Untuk pertama kalinya dalam sekian lama, Claude melihat mata kakaknya yang asli—mata seorang pangeran Obelia, bukan monster yang dipenuhi kebencian.
Perlahan, Aethernitas—atau mungkin Anastasius—tersenyum tipis.
"Claude … kau memang keras kepala."
Bayangannya mulai memudar.
Claude bisa melihatnya—saudaranya yang dulu, bukan monster yang ia lawan beberapa menit lalu.
"Maafkan aku," bisik Anastasius.
Claude hanya bisa terdiam. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan perasaan yang mengoyak hatinya saat ini.
Akhirnya, tubuh Anastasius benar-benar menghilang.
Hanya bayangan yang tersisa.
Dan jendela biru terakhir yang muncul di udara:
《Misi I: Selesai》
《 Mengembalikan 「Claude de Alger Obelia」ke 『Realita』》
Claude terhempas. Dunianya berputar.
“Apa maks—”
Namun sayang, bahkan sebelum ia sempat selesai mencak-mencak, ia mendapati dirinya kembali terlempar ke sebuah ruangan. Badannya terasa sakit semua.
✦
“Ayah!!”
Suara itu terdengar di dekatnya.
Seseorang memeluknya erat.
Claude membuka mata. Pandangannya masih buram, tetapi ia bisa melihat kilauan emas yang sangat dikenalnya.
“Di ...”
Mata Athanasia berbinar. Spontan, ia memeluk sang Ayah. “Ayah! Syukurlah kita berhasil menyelamatkan Ayah!”
Lucas berdiri di dekatnya, matanya menyipit tanda penasaran. Felix dan Lily terlihat lega, sementara para pelayan lainnya tersenyum haru.
Athanasia masih terisak dalam pelukannya. “Ayah akhirnya sadar! Lucas, terima kasih! Felix, terima kasih! Lily, terima kasih! Hannah, terima kasih! Seth, terima kasih! Semuanya, aku ucapkan terima kasih atas bantuan doanya! Terima kasih! Terima kasih banyak!”
Claude menghela napas panjang.
Diana sudah pergi.
Anastasius … mungkin juga tak bisa diselamatkan.
Tetapi … ia masih punya sesuatu yang berharga.
Putri kecilnya.
Athanasia.
Perlahan, Claude mengangkat tangannya yang lemah, membelai kepala Athanasia dengan penuh kasih sayang.
Memang bukan Anastasius, Diana, ataupun Penelope Judith. Ketika kembali membuka mata hari ini, Claude akhirnya tersadar, bahwa kini telah saatnya untuk move on. Hidup tidak selalu berdiri di tempat. Sekarang, tidak ada waktu lagi untuk melongok ke belakang.
Ia sudah kembali.
Dan kali ini, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan padanya.
Tidak lagi.
Serta yang terakhir dan paling ia sayangi ... putri semata wayangnya,
Athanasia.
END.
Mantap jiwa sob
BalasHapusOeroaduan antara tema* yang lagi tren di oasar
BalasHapusAnjay typo
Hapussetuju
Hapuswehh diksinya gilaak
BalasHapus