Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Summer Fireworks — Genshin Impact Oneshot Fanfiction: Tomo, Kazuha, Yoimiya


Summer Fireworks
Sebuah fanfiksi oleh Shinadara

———


   Siang ini di Inazuma benar-benar terik.

Saking panasnya, sampai-sampai, rasanya gadis berambut strawberry blonde itu ingin melemparkan diri ke ruangan penuh dengan es batu atau menceburkan diri ke dalam air.


Meski begitu, Yoimiya sama sekali tidak merasa perlu membenci teriknya matahari di musim panas. Karena, biasanya di musim panas bisnis keluarganya akan mengalami lonjakan tinggi daripada momentum lain.


Pada malam hari musim panas, orang-orang Inazuma dengan riangnya meledakkan kembang api ke udara. Kembang api warna-warni di langit malam yang gelap itu merupakan pemandangan indah yang membuat musim panas lebih istimewa bagi orang-orang yang berdiri di bawah langit tersebut.


Lalu, siapakah yang membawa 'keistimewaan' itu? Tentu saja Naganohara Yoimiya, yang dijuluki 'Ratu Festival Musim Panas'! 


Dan kini, sang Ratu Musim Panas itu sedang sibuk menjemur pakaian-pakaiannya.


"Fi~yuh! Akhirnya, baju terakhir sudah selesai kujemur!" teriaknya, kemudian meregangkan otot. Jangan lupa, diikuti helaan napas lega di akhir teriakan riangnya.


"Nona Yoimiya!"


Merasa terpanggil, ia pun menengok ke arah suara tersebut. "Oh, hai, Kiyoko!" sapanya ketika menemukan si pemanggil.


Sosok pemudi berambut coklat gelap itu melangkah menuju tempat Yoimiya berdiri dengan napas terengah-engah.


Yoimiya mengernyit, kemudian berkacak pinggang, bersiap-siap untuk mengomeli Kiyoko. "Kiyoko, duduk dan minum air dulu! Lagipula ada apaan, sih, sampai lari-larian begitu?"


Setelah duduk dan menenggak segelas air putih, Kiyoko menarik napas panjang, kemudian mulai bercerita dengan antusias, "Nona Yoimiya, saya mendapat kabar kalau baru saja ada kapal besar dan mewah yang sampai di pelabuhan! Katanya, orang-orang melihat Tuan Muda Kaedehara di sana!"


Mendengar cerita Kiyoko itu, Yoimiya melebarkan matanya. "Dengan Tuan Muda Kaedehara ... maksudmu Kazuha?"


"Benar, Nona!"


Gadis berkimono merah itu mengedipkan mata beberapa kali, agak tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Kiyoko, jangan bercanda! Kamu serius!?" tanya Yoimiya dengan semangat 45.


Karena anggukan mantap Kiyoko, mata emasnya berbinar. Seolah ada api yang memarak di sana. Bersemangat? Tentu saja, sebab sudah lama ia tak bertemu dengan sahabat kecilnya itu.


Setelah memperoleh jawaban yang dinanti, Yoimiya berseru girang dengan lantangnya, kemudian bergegas masuk ke rumah.


S h i n a d a r a


   Sementara itu, ada seorang pemuda pirang yang kini tengah bersender pada sebuah tiang di sebuah pelabuhan.


Sama dengan si gadis ceria dari keluarga Naganohara, pemuda itu sedang menunggu kepulangan sosok teman lamanya setelah mendengar sebuah rumor.


Pemuda pirang tersebut akrab disapa dengan nama Tomo.


"Eh? Tomo!"


Suara yang tak asing menyapa telinga. Tomo menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari asal suara.


Ya, ternyata si pemilik suara ceria itu merupakan salah satu teman sepermainannya sejak kecil, Naganohara Yoimiya. Putri dari Naganohara Ryuunosuke dan merupakan pemegang nama pemilik pabrik kembang api Naganohara saat ini.


"Miyacchan!" Tomo membalas sapaan gadis itu dengan nada riang pula. Tak lupa ia melambaikan tangannya.


Meskipun tak ada permasalahan gawat yang menghambat, tetapi sebelum ini mereka tetap saja jarang bertemu.


"Ke sini setelah dengar kabar angin?" celetuk Tomo sesudah Yoimiya berdiri di sampingnya.


"Hahaha, yap."


Tomo hanya membalas jawaban Yoimiya dengan sedikit tawa.


Akan tetapi, sesudahnya hening. Mungkin karena sama-sama merasa canggung, sehingga tak ada bahasan sama sekali yang terlintas di benak masing-masing.


Keduanya sama-sama mengalihkan pandangan. Sambil saling menghindar, sambil mencari Kazuha pula. Ceritanya sekali mendayung, dua pulau terlampaui.


Tak perlu bersusah payah menunggu lama ataupun mencari, sesosok wanita berfigur tinggi tampak berjalan lurus menuju ke arah mereka. Misalkan jika sosok itu tidak berperawakan tinggi pun, dengan baju qipao merahnya yang khas ia akan tetap terlihat begitu mencolok di antara gerombolan warga Inazuma. Sekali lihat saja orang akan tahu kalau wanita itu bukan berasal dari Inazuma, melainkan dari Liyue, yang merupakan negeri seberang.


Ia merupakan tokoh pelayar terkemuka yang sering dibicarakan dari mulut ke mulut oleh seluruh warga Teyvat, akrab disapa dengan Kapten Beidou.


Namun, bukan sosok itulah yang sangat ditunggu-tunggu kepulangannya oleh Tomo dan Yoimiya, tapi pemuda bersurai putih dengan sedikit ombre merah yang berdiri di belakangnya.


"Kazuha!"


"Hai, Tomo. Hai, Yoimiya," sapa Kazuha, lalu ia merentangkan tangan, yang tanpa ba-bi-bu langsung disambut dengan pelukan hangat dari keduanya.


"Syukurlah kau bisa pulang dengan selamat, Kazuha!" pekik Yoimiya seraya mengeratkan pelukan.


Tomo mengangguk. "Benar, Kazuha. Untung pulang-pulang seluruh anggota badan masih lengkap dan sehat sentosa! Kalau nggak, bocah ini pasti bakal nangis histeris!" celotehnya, lalu menjitak kening Yoimiya.


Yoimiya mendelik, tak terima. "Eh, enak aja! Kapan aku begitu? Sembarangan!"


Tadinya hanya asyik menyimak percakapan reuni mereka bertiga, tiba-tiba Beidou melepaskan gelak tawa, yang membuat mereka jadi tersadar akan waktu dan tempat. Ketiganya segera melepaskan pelukan rindu tersebut dan kembali ke posisi semula, kecuali Kazuha yang kini berada di tengah-tengah Yoimiya dan Tomo.


"Kapten Beidou! Terima kasih sudah mengantarkan Kazuha kami kembali dengan sehat sentosa!" Yoimiya dan Tomo berseru kompak.


"Heh. Tidak perlu berterima kasih, karena Kazuha sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Justru aku yang berterima kasih karena akhirnya ada orang yang mau menemaniku berlayar. Haha," balas Beidou. 


Kazuha kemudian membungkuk 90 derajat. "Sekali lagi, terima kasih atas tumpangannya, Nona Beidou," ujarnya.


Beidou mengangguk. "Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu, ya."


"Baik. Hati-hati di jalan!"


Dari kejauhan, Beidou hanya membalas ucapan selamat tinggal itu dengan anggukan, lalu melambaikan tangan tanpa menoleh dan tetap melangkah maju.


S h i n a d a r a


   Beberapa saat setelah kepamitan sosok yang disebut Kapten Beidou, dengan penuh semangat Yoimiya menarik tangan Kazuha keluar dari area pelabuhan, menuju pusat hiruk-pikuk festival. Di belakang mereka, tentu saja ada Tomo yang mengekori dengan langkah santainya.


"Ayo kita nikmati festival musim panas ini!" Begitu katanya sebelum meraih tangan Kazuha tadi.


"Tapi, Yoimiya! Bahkan sekarang hari belum malam, bukannya ini terlalu awal?"


Pertanyaan Kazuha itu membuat Yoimiya menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap si penutur. "Huh? Omong kosong apa itu? Tidak ada yang namanya terlalu awal kalau mau menikmati festival!"


Setelah itu, Yoimiya tak lagi bicara apa-apa dan tetap menarik dua teman lelakinya itu mengarah menuju kerumunan festival.


Kazuha pasrah, sedangkan Tomo hanya bercekikikan di belakang.


Begitu ketiganya memasuki area utama diadakannya perayaan tahunan tersebut, dekorasi batang bambu yang digantungi kertas dengan beragam warna di bagian rantingnya langsung menyambut mereka. 


Tanzaku (via Japanesestation.com dan MATCHA)


Kertas-kertas tersebut bukanlah kertas biasa yang digantung dengan tujuan dekorasi semata. Dinamakan kertas tanzaku. Meski disebut warna-warni, tetapi sebenarnya kertas-kertas yang digantung itu hanya terdapat lima warna. Lima warna tersebut adalah merah, kuning, hijau, putih, dan hitam.


Kertas tanzaku berisikan permohonan orang yang menulis di atasnya. Namun, terkadang kertas ini juga dipakai untuk kegunaan undian dan ramalan.


Tomo memejamkan mata, lalu menarik napas dalam —seolah ia sedang menyerap semua aroma yang ada di sana. "Aaahh, festival musim panas! Sudah berapa lama aku tidak kemari bersama kalian berdua?" 


Ucapan Tomo itu disahuti oleh tawa renyah Yoimiya. "Ah, kamu lebay! Terakhir kita jalan-jalan bareng di perayaan semacam ini, 'kan, baru dua tahun lalu!" 


"Benar ... tapi bukannya dua tahun itu bukan waktu yang singkat juga?" sahut Kazuha.


Seusai Kazuha menyelesaikan kalimatnya, angin keheningan seolah mendadak berhembus kepada mereka bertiga. Apalagi Yoimiya, yang benar-benar menjadi diam seribu bahasa.

 

"Hey, jangan bikin suasana jadi melankolis, dong," protes Tomo.


"Ah ... um, maaf," ujar Kazuha dengan kikuk.


Sementara mereka berdua saling mengomel dan meminta maaf, si pemilik nama lengkap Naganohara Yoimiya itu sudah menghilang dari tempat. Entah ke mana ia perginya. Sungguh, padahal baru sebentar saja keduanya mengalihkan pandangan dari si puan.


Sadar temannya hilang satu, kedua pemuda itu menoleh ke kanan dan kiri bergantian. Air mukanya penuh dengan bingung dan cemas.


Namun ketika di tengah-tengah kegiatan 'mencari', samar-samar ujung mata Kazuha menangkap sesosok berambut pirang agak merah muda yang sedang melambaikan tangan ke arah mereka dari jauh sana. Kazuha membelalak dan memekik, "Yoimiya!?"


Tomo menengok ke Kazuha, alisnya naik satu. Dari ekspresi dan gerakan bibirnya, ia bertanya, "ada apa?" tanpa suara.


Kazuha menyikut pundak Tomo, sesudahnya menunjuk jauh ke depan —tempat Yoimiya berada saat ini.


Persis seperti reaksi bocah rambut putih di sampingnya tadi, Tomo melebarkan mata. Terkejut? Tentu, padahal kurang lebih semenit yang lalu anak itu masih berdiri di sampingnya. Namun, dalam sekejap sudah sampai sejauh itu? Ajaib!


Setelah dinotis oleh dua sobatnya, Yoimiya tampak tersenyum riang. Ia menaruh tangan di depan bibir, lalu berseru, "Tomo! Kazuha! Ayo main itu!" sementara jarinya menunjuk ke sebuah stan yang tampak paling ramai di perayaan ini.


Setelah keduanya sampai di tempat, Yoimiya menjelaskan cara bekerjanya permainan yang ia maksud dengan penuh antusias: "Katanya, kalau berhasil menjatuhkan tumpukan kaleng itu dengan tiga kali kesempatan lempar, kita bisa mendapat hadiah hingga 100.000 mora!" 


Alis Tomo kembali naik satu. "Dapat 100.000 mora hanya dengan merubuhkan kaleng? Mencurigakan," tuturnya.


Menguping perbincangan trio itu, penjaga kios sengaja menghampiri mereka untuk mempromosikan stan yang dijaganya. "Silakan mencoba. 150 mora untuk tiga kali kesempatan! Kalau runtuh di lemparan pertama, 100.000 mora! Lemparan kedua, 80.000 mora! Di lemparan ketiga, 50.000 mora!" ujarnya dengan bangga. Terlihat dari wajahnya yang tampak yakin sekali.


"Mirip judi," bisik Kazuha kepada Yoimiya dan Tomo, yang lalu diangguki oleh keduanya.


"Aku akan mencoba!" sambar Tomo, lalu menyerahkan sebuah kantung berisikan 150 keping mora kepada si penjaga kios.


Pada kesempatan pertama, gagal.


Sudah lemparan kedua pun, tumpukan kaleng itu masih belum rubuh. Bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan sama sekali.


"Aneh," gumam Tomo sebelum melempar bola terakhirnya yang juga meleset. 


Kazuha mengerutkan dahi, heran. Karena penasaran, ia meniup ke arah tumpukan tersebut dengan angin terkuatnya. Namun, piramida kaleng itu masih belum runtuh juga. "Sepertinya ada kecurangan di sini! Kaleng biasa seharusnya sekali terkena lemparan bola langsung ambruk, tapi ini tidak. Bahkan sudah kucoba tiup pun tidak bergerak. Aku curiga ada batu yang ditaruh dalam kalengnya," ungkapnya.


"Tolong jangan memfitnah sembarangan! Itu tidak benar, stan kami tak mungkin melakukan kecurangan seperti itu!" elak si penjaga stan.


"Kalau memang tidak benar, coba buktikan!" Sekumpulan orang yang berbaris di belakang Yoimiya, Tomo, dan Kazuha ikut berteriak.


Salah satu dari kerumunan itu maju dan menyuruh si penjaga kedai untuk memperlihatkan satu-satu isi kaleng tersebut.


Dengan sekujur tubuh yang gemetaran hebat, orang itu menurunkan kaleng dari barisannya dan menunjukkan kepada massa. Ya, terbukti memang ada pemberat di dalam sana.

 

Sebagai reaksi, beberapa warga yang turut mengantri berteriak meminta pengembalian dana.


Tak mau berakhir babak belur di tangan massa, dengan amat terpaksa, penjaga stan itu memberikan sebuah kantung berisikan mora kepada masing-masing pemain yang ada di sana. 


Ketika ketiga remaja itu sudah berjalan agak jauh dari stan kaleng tadi, Yoimiya berceletuk, "Yang tadi itu seru banget, ya!" Ia berbalik badan, menghadap dua lelaki yang mendampinginya saat ini. Lalu kembali berujar, "Iya, seru. Tapi kayaknya bakal lebih seru lagi kalau tadi Kazuha nggak ngomong begitu, deh. Huuu, emang Kazuha. Dasar party pooper!" 


Tidak terima dikatai, Kazuha membalas, "Terus menurutmu aku harus apa, kalau tau ada kecurangan macam gitu? Diam aja?"


"Ya iya, lah! Memangnya kalau semua-semua harus menuruti pemikiran idealismu itu, titik serunya di mana?"


"Tapi ...."


"... ssssht. Udah dulu bertengkarnya, adik-adikku tersayang. Adu mulut, 'kan, bikin capek. Dan kalau capek biasanya laper, nah mending sekarang kita ke yatai dulu aja, deh!" ucap Tomo sambil mengacungkan jempol —sebagai upayanya melerai perdebatan dua bocah yang lebih muda darinya itu.


"Ayoooo! Kak Tomo, aku mau ayu, dango, takoyaki, kakigori, dan yang lain-lain! Traktir, ya, Kak!" Yoimiya berseru riang.


Kazuha mengangguk. "Kak Tomo, aku juga mau ayunya, dong! Hehe," sambungnya.


"Cih, kalau ada maunya aja baru pada inget panggil 'Kak'. Dasar," cibir Tomo, sambil menepuk pelan kepala Yoimiya. Namun, meski mulutnya mencibir, di dalam hati pun sebenarnya ia bersyukur karena sudah menyiapkan mora berjumlah lumayan sebelum berangkat ke pelabuhan tadi.


Memang Kak Tomo ini diam-diam kuudere: sok cool, sok cuek, padahal aslinya perhatian juga!


S h i n a d a r a


 "Eh, kalian duluan saja ke atas. Tiba-tiba aku merasa ada panggilan alam. Nanti kususul!" Setelah berkata begitu, Tomo langsung melesat menjauh dari mereka.


... dan itupun sudah kurang lebih satu jam yang lalu sejak ia pamit.


Maka dari itu, kini Kazuha dan Yoimiya tengah duduk berdua di atas bukit tempat janjian mereka, sambil menunggu kehadiran Tomo. Iya, berdua saja, karena daerah ini merupakan kawasan sepi penghuni.


Biar kuulangi lagi, berdua.


Ber.


Du. 


A.



Cie.


"Bulannya malam ini indah, bukan?" celetuk Kazuha, yang kini sedang mengamati langit malam Inazuma.


Yoimiya menoleh kepada Kazuha sebentar, berkedip beberapa kali, lalu kembali mengalihkan pandangan. "Um, ya. Bulannya memang cantik sekali di malam ini."


"Iya. Bulan purnama yang menemani kita malam ini secantik kamu, yang terlalu sempurna untuk dipandangi," sambung Kazuha.


Namun, seusainya Kazuha menamatkan kalimatnya tadi, Yoimiya hanya diam dengan memasang ekspresi bingung. 


Sadar akan kesunyian yang ia ciptakan, Kazuha melanjutkan ucapannya, "... ah, lupakan yang tadi. Ayo kita main tebak-tebakan!"


Pemuda bermata merah itu berdeham. Kemudian ia mulai memberikan tebak-tebakannya: "Menurutmu benda mana yang lebih berat, kapas 10 kilogram atau besi 10 kilogram?" 


Namun, si pemilik pupil yang warnanya sama dengan logam adi itu justru langsung menjawab tanpa berpikir dua kali lebih dahulu. "Hm, mana yang lebih berat? Besi, dong. Kapas kan enteng banget, tuh. Masa kapas jadi lebih berat? Iya, 'kan? 'Kan?"


Kazuha menggeleng sambil menyilangkan tangan. "Teeett! Seharusnya berat keduanya sama, karena sama-sama berjumlah 10 kilo," ujarnya.


"Aku ada lagi, nih. Tebakannya: apa yang ada di ujung langit?" Sekali lagi Kazuha memberi tebakan. 


Kali ini, Yoimiya terlihat lebih memikirkan jawabannya. Dua jarinya ditaruh di bawah dagu, menunjukkan gestur sedang berpikir. "Uh, apa, ya? Yang Mulia Raiden Shogun?"


Kazuha menggaruk tengkuknya. "Emmm, jawabannya bukan itu sebenarnya. Tapi nggak salah juga, sih, tapi ...."


Yoimiya meringis. "... maaf, deh. Yang tadi bercanda aja, kok! Jawabannya huruf 't', 'kan? Di ujung langit, t!" ujarnya.


"Ya!" seru Kazuha. Namun setelahnya ia bergumam, "... ah, syukurlah kalau ternyata cuma candaan." yang sebenarnya masih bisa didengar oleh Yoimiya.


"Lagi, dong!" Yoimiya berseru antusias.


"Yang ini tebak-tebakan lucu, nih," ujar Kazuha. “Kalau rambut putih namanya uban, rambut hijau apa namanya?”


"Nggak tau. Apa emangnya?"


“Rambutan belum matang!" jawab Kazuha. Lalu ia tertawa kencang.


Sedangkan Yoimiya hanya bisa tertawa garing terhadap guyonan receh kawannya yang sama sekali tak lucu itu. Eh, memang yang terakhir tadi seharusnya sebuah lawakan?


"Hey, tapi omong-omong rambutmu juga ada putihnya, kawanku." Tiba-tiba saja, Tomo muncul dan bergabung dalam pembicaraan mereka.


Kazuha dan Yoimiya spontan menoleh ke belakang. "Tomo!" seru mereka bersamaan.


"Hehe, hai! Maaf tadi ada sedikit masalah di bawah, jadi baru bisa menyusul ke sini sekarang," ucap Tomo, lengkap dengan cengirannya.


"Heh, santai saja. Yang penting sempat, 'kan?" sahut Kazuha, yang lalu diangguki Yoimiya.


"Sip! Karena anggota kita sudah lengkap, sekarang waktunya kita mulai babak sesungguhnya dari festival ini!" Yoimiya bangkit dari duduknya, kemudian mengambil busurnya —yang entah sejak kapan sudah berada di dekat tempat Tomo berdiri.


Ketika tali busur ditarik, muncul kobaran api kecil dari mata anak panahnya. Yoimiya membidik anak panah tersebut ke depan atas beberapa kali.


Dan benar, setelah anak panah tersebut terlempar, kembang api warna-warni tiba-tiba meledak di langit. Menjadikan langit malam Inazuma semakin indah.


Sementara Yoimiya memanah, di belakangnya Tomo bersorak dengan begitu senangnya. Sedangkan Kazuha hanya menonton aksi keduanya dengan senyuman.


"Tomo, Yoimiya ... aku mau bilang sesuatu ke kalian," celetuk Kazuha, yang membuat Yoimiya dan Tomo menengok kepadanya dengan kompak.


"Aku sayang pada kalian. Bagiku, kalian adalah hal terbaik yang pernah kumiliki. Terima kasih ...."


"Kami adalah hal terbaik yang pernah kaumiliki?" Yoimiya mengulang perkataan Kazuha guna memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.


Kazuha mengangguk, lalu menjawab dengan mantap, "Iya!" 


Tomo menyahut, "Oh, Kazuha ... aku jadi merasa agak kasihan padamu."


"Setuju," sambung Yoimiya.


Meski begitu, Kazuha hanya membalas ungkapan prihatin dua kancanya itu dengan kekehan.


Belum lama mereka tertawa sembari menikmati cantiknya warna-warni kembang api Yoimiya, tapi .....


"Ini peringatan! Nona Yoimiya, tolong jangan melakukan tindakan berbahaya lainnya lagi! Jika tidak, kami dengan terpaksa harus melaporkan Anda ke Komisaris Yashiro lagi!"


Peringatan yang terdengar tiba-tiba membuat mereka melonjak kaget.


"Psst, psst! Yoimiya, itu pasti orang-orang dari Komisi Yashiro lagi!" ujar Tomo dengan berbisik.


"Lagi? Jadi yang kita lakukan sekarang ini ilegal? Memangnya kalian sudah pernah ketahuan melakukan ini berapa kali?" sahut Kazuha panik.


"Ssssh, jangan kencang-kencang ngomongnya! Ini bukan yang pertama kali, tapi pokoknya sekarang sembunyi dan jangan sampai ketahuan!" balas Yoimiya.


Tomo mengacungkan ibu jarinya, sementara Kazuha justru semakin panik.


"Nona Yoimiya, Tuan Tomo, dan mungkin ... Tuan Kazuha, diam di tempat dan jangan ke mana-mana sebelum kami menangkap kalian!" Sebuah peringatan kembali dilayangkan, sekumpulan orang berseragam prajurit juga mulai terlihat batang hidungnya.


Yoimiya, Tomo, dan Kazuha saling lirik. Tak sampai beberapa detik kemudian, ketiganya sudah menghilang dari tempat semula. 


Sambil berlari kencang, dengan kompaknya tiga remaja itu berseru, "Lari!!" dan tertawa riang.






AUTHOR'S NOTE

Hai, terima kasih sudah membaca fanfiksi Shinadara!

Ah iya, oneshot fanfiction ini sebenarnya dibuat pada bulan Agustus dan baru dilanjutkan pada akhir September atas tantangan dari Jessie, yang juga merupakan salah satu anggota blog ini.

Awalnya, ide utama oneshot ini cuma berasal dari incorrect quotes yang keluar waktu aku iseng pakai Incorrect Quotes Generator kemarin-kemarin.


Tantangan yang saya maksud adalah tantangan di tweet pada gambar ini:


Untuk festival yang dikunjungi trio ini, aku ambil festival Tanabata (Festival Bintang; festival Qi Xi versi Jepang) dan festival Tsukimi (Festival Bulan; festival Mid-autumn/Mooncake versi Jepang) sebagai referensi.

Maaf kalau tulisanku ini masih berantakan, soalnya aku sendiri juga baru kembali ke dunia kepenulisan akhir-akhir ini, setelah hiatus beberapa bulan karena sempat kena writer's block jangka panjang dan halangan lainnya. :\

Kalau ada yang mau kasih krisar bisa komentar di bawah atau ke sini yaaa.

Kalau kalian suka tulisanku kali ini dan tertarik buat mendukungku (secara finansial), kalian bisa pencet gambar di bawah ini↓ 
Terima kasih. (。・ω・。)ノ♡

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer