Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

50 Cara 'Tuk Curi Hatimu : Chapter 7 | ThomAya Prompt (ft. Jagoan Garuda)

   Setelah momen di paviliun kayu itu, Thoma merasa ada sesuatu yang berbeda. Bukan hanya pada Ayaka, tapi juga pada dirinya sendiri.

Sepanjang sisa acara, Ayaka tetap bersikap seperti biasa—tenang, anggun, dan berbicara dengan penuh tata krama kepada para tamu. Tapi setiap kali Thoma berpindah posisi, matanya tanpa sadar mencari sosoknya. Entah kenapa, kini keberadaan Thoma terasa lebih kentara.

Jagoan Garuda memperhatikan itu.

Yoimiya yang biasanya meledak-ledak kali ini memilih diam, hanya sesekali mencubit Bala atau Hanin dengan mata berbinar-binar. Childe tampak tersenyum penuh kemenangan, sementara Bala melipat tangan dengan ekspresi puas.

“Kau lihat itu?” bisik Bala ke arah Hanin. “Dia jadi lebih sadar akan keberadaan Thoma.”

Hanin mengangguk kecil. “Tapi ini baru permulaan.”

Sementara itu, Thoma mencoba bersikap sewajarnya. Dia kembali ke posisinya di belakang Ayaka, memastikan segalanya berjalan lancar. Tapi ada sesuatu yang mengusik pikirannya.

Sentuhan itu.

Bukan pertama kalinya dia menyentuh Ayaka. Sebagai pengawal pribadinya, dia sudah sering menolongnya dalam berbagai situasi. Tapi kali ini berbeda.

Kali ini, Ayaka memperhatikannya.


📝


Setelah acara selesai dan para tamu mulai meninggalkan tempat, Ayaka akhirnya bisa beristirahat. Langkahnya melambat di koridor menuju taman belakang. Suara obrolan mulai mereda, menyisakan suara angin yang menerpa pepohonan.

Thoma mengikutinya dari kejauhan, tetap menjaga jarak yang sopan. Tapi ketika Ayaka tiba-tiba berhenti, ia refleks ikut berhenti.

“Ada yang ingin kau katakan, Thoma?”

Suara Ayaka lembut, tapi tegas.

Thoma berkedip. “Eh?”

Ayaka berbalik, menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Hari ini… kau lebih diam dari biasanya.”

Thoma menggaruk belakang kepalanya. “Aku hanya memastikan segalanya berjalan lancar.”

Ayaka masih menatapnya, lalu perlahan menurunkan pandangannya ke tangannya sendiri.

“… Terima kasih untuk tadi,” ucapnya akhirnya. “Aku hampir jatuh.”

Thoma mengangguk. “Itu sudah tugasku.”

Ayaka menghela napas kecil. Ada sesuatu dalam tatapannya yang tak biasa.

“Thoma.”

Jantungnya berdetak lebih cepat saat Ayaka menyebut namanya.

“Apa menurutmu… ada batas yang tidak boleh kita lewati?”

Thoma terdiam.

Ia tahu maksud Ayaka. Dan sejujurnya, ia juga telah memikirkannya.

Sebagai pengawal, ia tidak seharusnya melangkah lebih jauh. Ada garis yang jelas antara dirinya dan Ayaka. Dan selama ini, ia sudah menerima itu.

Tapi entah kenapa, setelah sentuhan itu—setelah melihat cara Ayaka bereaksi—ia merasa garis itu semakin kabur.

“… Aku tidak tahu,” jawab Thoma akhirnya.

Ayaka menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. “Aku juga tidak.”


📝


Dari balik pilar taman, Jagoan Garuda mendengarkan dengan penuh antusias.

Bala berbisik, “Oke, ini mulai masuk fase yang lebih serius.”

Yoimiya menggigit jarinya. “Aku ingin berteriak, tapi aku juga tidak mau mengganggu momen ini.”

Childe menyeringai. “Santai. Ini baru awal.”

Hanin menyilangkan tangan. “Kalau begini terus… mungkin kita tidak butuh cara kedelapan.”

Mereka semua saling bertukar pandang.

Lalu, dalam keheningan, Yoimiya akhirnya berkata, “Tapi tetap kita lakukan, kan?”

Mereka semua mengangguk.

Dan dengan itu, rencana berikutnya pun mulai disusun.


TO BE CONTINUED.



Tokoh 50 Cara 'Tuk Curi Hatimu


  • Ayara Kusumadewi (Kamisato Ayaka) alias AYAKA
  • Thomas Günther Schumacher (Thoma) alias THOMA
  • Abimanyu Kusumadewa (Kamisato Ayato) alias ABIMANYU

Tokoh Pendukung

Kwarto Jagoan Garuda

  • Hu Tao as Hanindya Putri Ramananda (Hanin)
  • Naganogara Yoimiya as Naganohara Yoimiya (Yoimiya)
  • Childe as Ajax Lyubovich Ledovsky (Childe)
  • Scaramouche/Kunikuzushi as Khaizuran Balaaditya Saguntur (Bala)

Komentar

Postingan Populer