Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Sukamu, Dukaku



original pin by WeHeartIt

———

———


Akhirnya, tiba juga hari terakhir bulan Desember yang ditunggu-tunggu. Tanggal 31 Desember, adalah hari ulang tahun Kak Raksa —sosok yang telah lama disukai oleh Rania, sekaligus merupakan hari ia akan menyatakan perasaannya.

  Sepertinya benar kata Miko —sobatnya, “Ran, jangan lama-lama mendam perasaannya, nanti malah jadi penyakit. Bilang saja langsung ke dianya, nanti hati auto jadi plong, deh.”

  Pasalnya, kini ia merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya, tetapi anehnya ada sedikit perasaan lega yang terselip di dada.

  Sambil membawa sebuah kotak hadiah, dengan yakin cewek berambut hitam keunguan itu berjalan menuju rumah si mas crush yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumahnya itu. Sepanjang ia melangkah, senandung ria mendampinginya.

  Namun, ada sebuah pemandangan di depan sana yang membuat langkahnya terhenti: di teras rumah tersebut, terdapat sepasang kekasih(?) yang sedang saling suap mesra. Sekali lihat pun ia tahu kalau dua orang itu adalah Raksa dan Naura, yang katanya sedang dekat akhir-akhir ini.

  Tak ingin lebih lama menyiksa batin, perlahan tapi pasti Rania melangkah mundur.

  Kebetulan atau apa, tetapi bersamaan dengan kepergian Rania dari sana, tetiba hujan deras mengguyur. Bahkan, langit gelap pun ikut berkecamuk mengeluarkan petirnya. Seolah langit pun turut merasakan apa yang dirasakan oleh Rania saat ini.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer