Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana.

Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana. Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ..., batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan, sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya.

"Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Terdengar dari ...

kamarnya?

Toby, sebagai seekor anjing peliharaan turut melompat ria bersama Hayleen di atas tempat tidur Benedict dan Rania.

"... anak-anakku," gumam Benedict yang baru terbangun dari tidur, nyawa masih belum genap terkumpul kembali. Beberapa saat kemudian Benedict sedikit berjengit kaget menyadari keberadaan Toby yang terlalu dekat. Akan tetapi tak berniat menunjukkan dengan jelas ketidaknyamanannya di hadapan kedua bocah berparas identik dengan dirinya itu.

"Kenapa tidak bangunkan aku?" tanya Benedict kepada Rania. Nada bicaranya lembut, pandangan mata terpusatkan hanya pada Rania.

"Semalam badanmu panas sekali, Ben ... ak-aku takut kau mati!"

"Jika ini semua benar sebuah mimpi ... biarkanlah aku terus bermimpi, biarlah aku tenggelam hingga ke dasar kehampaan yang tak berujung."


"Hayleen tak ada di sini."

"Ha-Hayden?"

"Ya, Ayah. Ini aku, tak lain merupakan anakmu, Hayden di masa depan. Nanti Hayden kecilmu yang di sana akan tumbuh jadi pemuda setampan aku," kata Hayden. "Di masa kecilku banyak orang berkata bahwa melihatku saja mampu membuat mereka bernostalgia akan masa mudanya bersamamu. Orang bilang aku sangat mirip denganmu, tetapi di saat yang sama mirip pula dengan Ibu."

"Itu memang terdengar seperti Hayden ...," timpal Benedict seraya mengangguk-angguk, keningnya mengernyit. Namun, sepersekian detik kemudian tawa renyah memecahkan keheningan di antara keduanya.

"Pilihlah dan tolong pikirkanlah apa yang menurutmu benar-benar terbaik, Ayah."

"Eksistensiku di dunia ini bergantung pada setiap langkahmu."

"Terima kasih ... Ayah."

"Mimpi yang panjang, bukan?"

"Apakah mimpimu indah, Ayah?"


- Song of the Day -

ZAYN, ft. Sia - Dusk Till Dawn



Jangan lupa support terus author manhwa satu ini, arrnuni, dengan baca The Unwelcome Guests of House Fildette secara resmi, ya! Untuk bahasa Indonesia, tersedia hanya di KAKAO WEBTOON.

Tampilan judul The Unwelcome Guests of House Fildette di KAKAO WEBTOON (dok. pribadi Penulis)



Komentar

Postingan Populer