Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

To You Who Wanted to Love | Genshin Impact Fanfiction : ThomAyaka ( Kamisato Ayaka , Thoma )

 AYA, seorang penyanyi idola asal Inazuma yang tengah naik daun, aktif menyabet penghargaan-penghargaan terbaik dalam dunia hiburan selama beberapa tahun terakhir. Ciri khas dalam penampilannya ialah kulit yang seputih salju dan rambut perak terang-kebiruan yang hampir selalu bermodel hime-cut. Dalam sekali tengok, ia terlihat begitu cantik, anggun, dan terpancar aura mewah dalam dirinya. AYA dikenal sebagai idola yang loyal kepada para penggemar dia.

Ia mulai dikenal massa semenjak dirinya aktif meng-cover lagu-lagu viral di YouTube.

Tiap hari -- tak peduli malam atau siang -- berita-berita tentangnya terus bergulir di infotainment. Cara paling gampang buat para jurnalis-jurnalis mencari duit. Permintaan untuk kabar ter-update tentang dia terus berdatangan dari masyarakat. Easy money.

Dirumorkan Bakal Ikut 'Star Producer 5', AYA: Biar Jadi Ajang Kesempatan Membuka Jalan Karir Buat Para Wajah Baru Dunia Hiburan 

Ditanya Kebenaran Rumor Partisipasi Program Pencarian Bakat 'Star Producer 5', AYA: Kalian Gak Bosan Lihat Aku Terus?

Inazuma Super HITS Idol AYA to Voice Character 'Yorukami Miiho' in Raiden Makoto's New Anime Film 'To You Who Wanted to Love'

Lagunya Sering Masuk di Billboard Chart, Siapakah AYA?

Sering Dijodoh-jodohkan dengan Kaedehara Kazuha 5WIRL oleh Fans, AYA: Gak Mungkin Lah, Dia Sudah Ada yang Punya

AYA ...

AYA ....

dan masih banyak lagi artikel-artikel yang menyelipkan nama itu, yakni 'AYA', untuk memperoleh jumlah pembaca yang fantastis. Nama strategis yang belakangan ini menjadi sumber pendapatan terbesar bagi para jurnalis itu. Nama tiga huruf yang menarik bagi kebanyakan orang di Teyvat saat ini.

Lalu, siapakah sebenarnya AYA itu?

Kuingin mencinta

Kuingin tertawa (bersamamu)

Habiskan s'luruh hidu~p

De~ngan~mu~☆⋆★♥

Dia, AYA, lebih dari seorang penyanyi. Ialah idola yang namanya terus-menerus menggaung di negeri petir Inazuma. Penyanyi, performer, voice actress atau penyulih suara, bahkan kadang bisa menjadi aktris -- dia seorang talent. Sorot matanya yang selalu terlihat siap untuk tampil dan memberikan yang terbaik itu kerap jadi pujian orang. Pesona paling menonjol dari seorang AYA.

Suaranya merdu dan halus, khas di telinga. Setiap orang yang pernah setidaknya dengar dia bicara -- secara langsung atau lewat ponsel dan televisi -- sekali atau dua kali, pasti bisa bedakan mana AYA dan mana bukan.

Semua orang membicangkannya, topik paling fenomenal di jagad Teyvat. Buah bibir yang tak lepas dari obrolan orang-orang, terutama masyarakat Inazuma.

AYA, AYA, AYA.

Sebut namanya, dan orang-orang akan membicarakannya selama berjam-jam. Namun, di balik gemerlap sorotan panggung, di balik setiap tepuk tangan dan sorak-sorai … siapa sebenarnya AYA?


🎧ྀི♪⋆.✮

Seseorang di Mondstadt merindukan AYA.

Thoma melirik tiket penerbangan menuju Inazuma  yang tergeletak di atas meja, seberang tempat ia berbaring saat ini. Tiket itu hasil jerih payahnya setelah bekerja cukup lama dengan mempertahankan gelar 'pekerja terbaik' hampir setiap bulannya di Dawn Winery, kendati fakta dirinya tak begitu menyukai alkohol. 

Ah ... rasa rindu yang melilit ini, buat Thoma terlihat gila saja.

Namun, semakin lama ia memandangi tiket itu, semakin jelas rasa ragu menyelimutinya.

Di Inazuma, AYA bukan lagi gadis yang ia kenal. Bukan lagi Ayaka yang dulu tersenyum malu-malu saat ia mengajaknya makan dango di festival musim gugur.

Sekarang, dia adalah AYA—bintang yang gemerlap, jauh dari genggamannya.

Thoma menarik napas panjang, kepalanya dipenuhi melodi yang tak bisa ia hentikan. Sebuah lagu yang dulu ia dengar saat berjalan-jalan di Mondstadt, liriknya seolah menggambarkan hatinya sendiri:

You’re on the phone with your girlfriend, she’s upset .…”

Ia tertawa kecil, getir. Sudah bertahun-tahun sejak mereka terakhir bicara, tapi Thoma tahu—di dunia AYA yang kini penuh cahaya dan pujian, ia hanyalah bayang-bayang.

Dulu, ia pernah bermimpi menjadi seseorang yang selalu ada untuknya.

Tapi bagaimana caranya bersaing dengan dunia yang mencintainya lebih dari dirinya sendiri?


🎧ྀི♪⋆.✮

Kerumunan bersorak ketika AYA muncul di atas panggung, mengenakan gaun berlapis kain lembut yang berkilauan seperti bulan purnama. Cahaya sorot mengikuti setiap langkahnya, menciptakan ilusi seolah ia melayang di udara.

Thoma duduk di barisan belakang, menyaksikannya dari kejauhan.

Suara AYA memenuhi ruangan, menyelinap ke relung hatinya. Ia pernah membayangkan berada di sampingnya, seperti masa-masa dulu—tapi sekarang, AYA berada di dunianya sendiri. Sebuah dunia yang begitu jauh.

And she’ll never know your story like I do.”

Tepuk tangan menggema. Para penggemar berseru, memanggil namanya, meminta encore.

Thoma menghela napas.

Mungkin sudah saatnya ia berhenti berharap.


🎧ྀི♪⋆.✮


Angin musim gugur berembus lembut di Pelabuhan Ritou. Langit Inazuma bersih, dihiasi semburat jingga yang perlahan memudar menjadi ungu. Thoma berdiri di dermaga, tangan dimasukkan ke dalam saku jasnya.

Pulang ke Inazuma selalu terasa aneh baginya. Segalanya terasa begitu familiar, tetapi juga asing di saat yang bersamaan.

Namun, tak ada yang lebih asing dibandingkan perasaannya sendiri.

Di sampingnya, seorang wanita dengan kimono merah muda tersenyum hangat. Sayou, tunangannya, menggenggam tangannya erat, seolah ingin memastikan bahwa ia tetap ada di sini, bersamanya.

“Apa kau gugup?” tanya Sayou, suaranya lembut.

Thoma tersenyum kecil. “Tidak juga… hanya merasa aneh. Rasanya sudah lama sekali aku tidak ke sini.”

Sayou menatapnya sejenak, lalu berkata, “Aku yakin banyak orang yang ingin bertemu denganmu.”

Benar saja. Salah satunya baru saja muncul di hadapannya.

Kamisato Ayaka—atau kini lebih dikenal sebagai AYA—berdiri beberapa langkah di depan mereka. Gaun putihnya berkilauan di bawah cahaya senja, rambut perak-kebiruannya masih terpotong sempurna dalam gaya hime-cut.

Untuk sesaat, tak ada yang berbicara.

Thoma adalah orang pertama yang membuka suara. “Sudah lama, ya.”

AYA mengangguk pelan. “Ya, sudah lama.”

Sayou tersenyum ramah, memberi salam, tetapi mata AYA tetap terpaku pada Thoma. Ada sesuatu di matanya—sesuatu yang nyaris tak terlihat di layar televisi atau atas panggung.

“Selamat atas pertunanganmu,” ucap AYA akhirnya, suaranya terdengar halus, tetapi datar.

“Terima kasih,” jawab Thoma, sedikit canggung.

AYA mengangguk kecil. “Aku harus pergi. Semoga kalian bahagia.”

Dan begitu saja, dia pergi.

Tidak ada salam perpisahan, tidak ada basa-basi lebih lanjut.

Seperti angin musim gugur yang berembus dan berlalu begitu saja ....

lagi-lagi meninggalkan seberkas kekosongan di hati Thoma.


🎧ྀི♪⋆.✮


Malam itu, AYA berdiri di atas panggung.

Gemerlap lampu sorot menerangi wajahnya, membuat matanya tampak lebih sendu dari biasanya. Ribuan penggemar memenuhi stadion, menanti lagu berikutnya dengan penuh antusiasme.

Namun, hanya ada satu orang yang ada di pikirannya.

Thoma ...

dan wanita yang menggenggam tangannya tadi sore.

Lagu berikutnya sudah dipilih jauh-jauh hari, tetapi baru sekarang ia benar-benar merasakan maknanya.

AYA memejamkan mata, menarik napas, lalu mulai bernyanyi.

You’re on the phone with your girlfriend, she’s upset .…”

Suaranya lembut, hampir berbisik.

She’s going off about something that you said, ‘Cause she doesn’t get your humor like I do .…”

AYA membuka matanya perlahan, menatap ke arah penonton. Tapi di benaknya, hanya ada satu wajah.

And she’ll never know your story like I do.”

Suara tepuk tangan mulai terdengar, tetapi AYA nyaris tak menyadarinya.

Karena di antara kerumunan, di salah satu barisan VIP, ia melihatnya.



Thoma ...

bersama wanita itu.




Ia tersenyum, tetapi tidak seperti dulu.

AYA menutup matanya lagi, suaranya semakin emosional. “Standing by and waiting at your backdoor, all this time, how could you not know, baby?

You belong with me .…”

Tepuk tangan menggema, tetapi AYA tidak bisa mendengar apa pun selain suara hatinya sendiri.

Mungkin, seharusnya ia tidak menyanyikan lagu ini.

Mungkin, seharusnya ia tidak berharap lagi.

Karena Thoma telah pergi.

Dan ia hanya bisa menyampaikan perasaannya lewat lagu yang mungkin tak akan pernah ia dengar.



🎧ྀི♪⋆.✮



Konser itu seharusnya berakhir setelah AYA menyanyikan lagu terakhirnya. Namun, di luar rencana, lampu panggung tetap menyala, dan mikrofon masih ada di genggamannya.

Sejenak, ia hanya berdiri di sana, membiarkan suara riuh memenuhi stadion. Lalu, dengan senyum tipis, ia mengangkat mikrofon kembali ke bibirnya.

"Ada satu lagu lagi yang ingin aku nyanyikan malam ini," katanya, suaranya bergetar ringan. "Lagu ini bukan bagian dari setlist, tapi… aku ingin menyanyikannya."

Tidak ada yang tahu, tidak ada yang menduga. Bahkan stafnya pun tampak bingung.

AYA menoleh sedikit ke arah sound engineer yang tampak menatap balik matanya dengan penuh kepercayaan. AYA mengangguk, lalu menjentikkan jarinya.

Lalu, musik mulai mengalun pelan.

AYA menutup matanya, menarik napas panjang sebelum akhirnya membiarkan suaranya memenuhi stadion.

"If I should stay, I would only be in your way .…"

Suaranya lembut, hampir berbisik.

Bagi ribuan penggemar di stadion, ini hanyalah lagu lain yang dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Namun bagi satu orang di sana, setiap kata terasa seperti tusukan halus yang tidak bisa diabaikan.

Di barisan VIP, Thoma membeku.

Ia tidak bodoh. Ia mengenali lagu ini. Dulu, ketika ia masih mengenal dekat sosok Kamisato Ayaka kecil di balik nama besar AYA, mereka akan menyanyikan bersama lagu ini seraya mengagumi suara megah Whitney Houston. Thoma dengan petikan gitarnya dan Kamisato Ayaka dengan suara merdunya.

Maka dari itu, Thoma sangat mengenali liriknya. Lagu ini spesial bagi mereka berdua yang pernah berbagi memori, terlebih lagi Thoma; dan yang lebih penting, ia mengenali tatapan dalam mata AYA.

"So I'll go, but I know, I'll think of you every step of the way .…"

Kala itu, Sayou menggenggam tangannya lebih erat, seolah menyadari sesuatu.

Akan tetapi, Thoma tak bisa melepaskan pandangannya dari AYA.

Seakan waktu mundur ke belakang, seakan ia kembali menjadi anak muda yang dulu menghabiskan waktu bersama seorang gadis bangsawan yang diam-diam menyenandungkan lagu-lagu barat di taman belakang.

Dulu, ia mengira semuanya hanyalah masa lalu.

Tapi malam ini, di bawah sorotan lampu panggung yang menyilaukan, ia menyadari sesuatu.

Mungkin, bagi AYA, itu tidak pernah benar-benar berakhir.

"And I … will always love you .…"





AYA menyanyikannya dengan penuh emosi, matanya berbinar karena air mata yang tertahan.

Tepuk tangan menggema, tetapi ia hampir tidak bisa mendengarnya.



Karena jauh di antara penonton, di barisan VIP, ada satu orang yang ia harap benar-benar mengerti maknanya.




Thoma menundukkan kepala, bahunya sedikit tegang.




Namun AYA tahu, ia tidak akan melakukan apa-apa.




Tidak sekarang. Tidak pernah.

Karena perasaan bukanlah sesuatu yang bisa mengubah kenyataan.




🎧ྀི♪⋆.✮



Saat konser berakhir, AYA berdiri di tengah panggung, menatap kerumunan untuk terakhir kalinya.

Tepuk tangan membahana, teriakan penuh semangat menggema di seluruh stadion.

Namun, hanya sedikit orang yang tahu apa yang akan terjadi setelah ini.

Di ruang konferensi pers setelah konser, wartawan sudah bersiap dengan pertanyaan-pertanyaan tentang penampilannya malam ini.

Namun, AYA hanya tersenyum kecil sebelum memberikan pernyataan yang membuat seluruh ruangan terdiam. "Terima kasih sudah selalu mendukungku sebagai AYA selama ini."

Ia menarik napas dalam, lalu menatap kamera dengan sorot mata yang lembut tetapi penuh keteguhan. "Malam ini adalah penampilan terakhirku."

Kejutan memenuhi ruangan. Wartawan saling bertukar pandang, suara bisikan terdengar di mana-mana.

"Aku memutuskan untuk pensiun dari dunia hiburan."

Tidak ada yang menyangka. Tidak ada yang menduga.

AYA tersenyum, meskipun suaranya sedikit bergetar. "Alasan utamanya… yah, kalian bisa bilang aku ingin mencari hidup yang lebih tenang."

Itu bukan kebohongan, tetapi juga bukan seluruh kebenaran. Karena kenyataannya, ia tahu waktunya tidak banyak lagi.

Sakit itu sudah lama datang. Dokter sudah memberinya banyak peringatan, banyak opsi pengobatan. Tapi tidak ada yang bisa menjamin bahwa ia bisa terus berdiri di atas panggung selamanya.

Jadi, sebelum tubuhnya benar-benar menyerah, ia memilih untuk pergi.

Pergi dengan elegan. Pergi sebagai AYA, idola yang dicintai.

Tapi lebih dari itu—pergi sebagai Kamisato Ayaka, gadis yang dulu pernah bermimpi menjalani hidup yang berbeda.

Di belakang, di sudut ruangan yang lebih sepi, Thoma berdiri diam.

Tidak berani melangkah maju, tetapi juga tidak bisa pergi begitu saja.

Karena, untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa kepergian AYA kali ini benar-benar berbeda.







Bukan hanya sekadar perpisahan panggung ....


tapi perpisahan yang sebenarnya.



🎧ྀི♪⋆.✮




Di kamar hotelnya malam itu, AYA duduk sendirian, menatap secarik kertas di tangannya.

Surat lama. Surat yang dulu ditinggalkan Thoma di ruang riasnya setelah konser terakhirnya di Mondstadt.

"Aku pernah bermimpi menjadi orang yang selalu ada untukmu. Tapi bintang hanya bisa bersinar di langit, bukan di genggaman seseorang sepertiku."


AYA menggenggam kertas itu erat, lalu menatap ke luar jendela.




Di kejauhan, lampu-lampu kota Inazuma berkelip seperti bintang.

Namun, ada satu bintang yang terasa lebih jauh dari semuanya.

Dan kali ini, ia benar-benar kehilangannya.




End.












Song of The Day:


— Taylor Swift - You Belong With Me —



Komentar

Postingan Populer