Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

Imperfects in a Bond: Raijin – DISTRESS | Genshin Impact Fanfiction: Raiden Shogun Fanfiction ( Narukami no Mikoto )

 "ayah... sudah lama, ya?" 

pertanyaan pilu itu berasal dari seorang remaja perempuan. rambut ungu gelapnya menjuntai, hampir menyapu tanah, sementara menutupi perawakannya yang ideal. wajahnya cantik, dengan sebuah titik kecil di bawah salah satu matanya... tapi area sekitar matanya merah agak hitam;  bengkak.

ialah raijin, putri sulung keluarga raiden yang prestigius. satu-satunya anak perempuan raiden ei, direktur utama yang saat ini berkuasa atas perusahaan realestat raksasa bernama pt. raiden jaya property. telah menunjukkan prestasi-prestasi gemilang semasa mudanya, raijin digadang-gadang sebagai penerus sempurna perusahaan raksasa itu. gadis latar belakang luar biasa ini pun lebih dikenal dengan sebutannya; raiden shogun.

"ayah... tahukah ayah, kalau raijin rindu pada ayah?" raijin kembali bersuara.

seperti yang biasa dilakukannya saat berkunjung di makam sang ayah, raijin mulai menceritakan satu beban pikirannya, "ayah... ibunda sebentar lagi akan menikah. lagi... dengan sesosok pria dari masa lalunya. pria hebat yang begitu ia idam-idamkan, di sepanjang hidupnya."

"ayah... raijin bingung... haruskah raijin senang? marah? atau justru... sedih?"

namun, tak ada jawaban. hanya terpaan angin dingin yang menyahuti monolog-monolognya itu. tentu saja.

hamparan tanah luas bertabur tugu peringatan dan monumen besar di atasnya. situs pemakaman yang terasa seperti rumah kedua bagi raijin. pemakaman ini memiliki nuansa sejuk yang ditimbulkan dadi pepohonan rimbun di perbatasan pemakaman dan dunia luar, hingga menyerupai tembok hutan.

dan tempat raijin berdiri di atasnya sekarang adalah... blok pemakaman keturunan keluarga raiden, keluarga orang-orang konglomerat yang dimuliakan warga, karena kaitan kuatnya dengan beberapa mitologi setempat. lebih tepatnya, raijin sedang di depan tugu pemakaman ayahnya. sosok ayah yang dikenal sebagai menantu sempurna keluarga raiden.

orang mati tidak bisa menjawab pertanyaannya. kalaupun di sebuah alam yang bertumpang-tindih, sang ayah bisa melihat raijin yang berkeluh kesah pada kuburan ayahnya, ia hanya bisa diam menyaksikan. karena adanya perbedaan alam yang menjadi pembatas di antara mereka.

meski tahu akan fakta itu... lagi, raijin menambahkan monolognya, "raijin tidak tahu, ayah... ini pengalaman baru. perasaan baru. semuanya baru bagiku...."

"ukh- ayah...!" isak raijin, lalu memeluk erat-erat nisan sang ayah. tak peduli jika hujan telah turun, meski baru setitik-titiknya.

biarlah sang hujan turun, menemani raijin meraungkan kesedihan hatinya.





Komentar

Postingan Populer