Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Tangled Feelings upon a Tree : Chapter II | Genshin Impact Twoshot Fanfiction: CyLou , Cyno x Nilou ( Salvation AU )

  

 


     Hai, Jenderal. 

Bagaimana kabarmu?

Semoga baik-baik saja, sehat selalu, hingga waktumu yang telah ditentukan-Nya tiba. Semoga surat ini ada di genggamanmu sebelum waktu itu datang, deh, haha.

Ini aku, Nilou, yang menulis. Mantan penari Sabzeruz di bawah Zubayr Theatre, teman tercintamu selama 40 hari belakangan. Surat ini kutulis dengan sepenuh hati, dengan tangan bergetar, dan mata yang berlinangkan air.

Sekali lagi, semoga engkaulah yang pertama kali menemukan surat ini. Tak rela rasanya aku kalau nanti bukan engkau yang membacanya dulu.

Kendati pertemuan kita yang begitu singkat dan tanpa disengaja... engkau telah menjadi sosok yang begitu berarti bagiku... tak berlebihan mengatakan kalau tanpamu, hidupku akan lebih pendek daripada ini. Ahaha.

Jenderal, aku masih belum mengambil satu tahun gaji terakhirku sebagai penari Sabzeruz sebelum aku dibawa kemari. Jikalau engkau berkenan, aku ingin engkau ambil uang itu dan sumbangkan ke Sumeru Akademiya ataupun ke panti-panti asuhan. Itu saja permintaan terakhirku... setidaknya jika hidupku tidak bermanfaat bagi orang-orang, sepeninggalanku harus, 'kan? 

Maka.... 

Aku percayakan itu padamu.

Terimakasih sudah mengajariku membaca dan menulis..

Terimakasih sudah mengajariku banyak hal tentang dunia luar. 

Terimakasih sudah dengan segenap tenagamu berusaha mengeluarkanku dari neraka dunia ini.

Dan terakhir ...

Terimakasih sudah setia menemani saat menjelang akhir hayatku, Jenderal Mahamatra Cyno. 

Maafkan aku, Jenderal. Aku tak kuat lagi menunggu, berharap pada sesuatu yang semu.. yang tak pasti. Yang aku sendiri masih menyimpan keraguan di dalam hati... 

Jalani sisa hidupmu tanpa aku dengan penuh kebahagiaan ya, Jenderal?  Karena...

Engkaulah penyelamatku...

Engkaulah kenangan terdalam di hati ini...

Selamanya..

Dengan penuh cinta,

Nilou


"Nilou ... Nilou ...." Tangan sang Jenderal Mahamatra bergetar seiring banyaknya kata yang ia baca dari kertas itu. Kedua iris rubinya yang semula hanya berkaca-kaca menahan sedih, kini telah dibanjiri air mata. Skleranya yang sudah cukup merah akibat tangis pun kelamaan membiru. "Tidak, Nilou ...."

Para prajurit di belakangnya menundukkan kepala, dengan mata berkaca-kaca, turut merasakan kesedihan sang Jenderal. Masing-masing dari mereka melepas atribut kepala, menggenggamnya erat di, sebagai wujud bela sungkawa terdalam.







Komentar

Postingan Populer