Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

Tangled Feelings upon a Tree : Chapter II | Genshin Impact Twoshot Fanfiction: CyLou , Cyno x Nilou ( Salvation AU )

  

 


     Hai, Jenderal. 

Bagaimana kabarmu?

Semoga baik-baik saja, sehat selalu, hingga waktumu yang telah ditentukan-Nya tiba. Semoga surat ini ada di genggamanmu sebelum waktu itu datang, deh, haha.

Ini aku, Nilou, yang menulis. Mantan penari Sabzeruz di bawah Zubayr Theatre, teman tercintamu selama 40 hari belakangan. Surat ini kutulis dengan sepenuh hati, dengan tangan bergetar, dan mata yang berlinangkan air.

Sekali lagi, semoga engkaulah yang pertama kali menemukan surat ini. Tak rela rasanya aku kalau nanti bukan engkau yang membacanya dulu.

Kendati pertemuan kita yang begitu singkat dan tanpa disengaja... engkau telah menjadi sosok yang begitu berarti bagiku... tak berlebihan mengatakan kalau tanpamu, hidupku akan lebih pendek daripada ini. Ahaha.

Jenderal, aku masih belum mengambil satu tahun gaji terakhirku sebagai penari Sabzeruz sebelum aku dibawa kemari. Jikalau engkau berkenan, aku ingin engkau ambil uang itu dan sumbangkan ke Sumeru Akademiya ataupun ke panti-panti asuhan. Itu saja permintaan terakhirku... setidaknya jika hidupku tidak bermanfaat bagi orang-orang, sepeninggalanku harus, 'kan? 

Maka.... 

Aku percayakan itu padamu.

Terimakasih sudah mengajariku membaca dan menulis..

Terimakasih sudah mengajariku banyak hal tentang dunia luar. 

Terimakasih sudah dengan segenap tenagamu berusaha mengeluarkanku dari neraka dunia ini.

Dan terakhir ...

Terimakasih sudah setia menemani saat menjelang akhir hayatku, Jenderal Mahamatra Cyno. 

Maafkan aku, Jenderal. Aku tak kuat lagi menunggu, berharap pada sesuatu yang semu.. yang tak pasti. Yang aku sendiri masih menyimpan keraguan di dalam hati... 

Jalani sisa hidupmu tanpa aku dengan penuh kebahagiaan ya, Jenderal?  Karena...

Engkaulah penyelamatku...

Engkaulah kenangan terdalam di hati ini...

Selamanya..

Dengan penuh cinta,

Nilou


"Nilou ... Nilou ...." Tangan sang Jenderal Mahamatra bergetar seiring banyaknya kata yang ia baca dari kertas itu. Kedua iris rubinya yang semula hanya berkaca-kaca menahan sedih, kini telah dibanjiri air mata. Skleranya yang sudah cukup merah akibat tangis pun kelamaan membiru. "Tidak, Nilou ...."

Para prajurit di belakangnya menundukkan kepala, dengan mata berkaca-kaca, turut merasakan kesedihan sang Jenderal. Masing-masing dari mereka melepas atribut kepala, menggenggamnya erat di, sebagai wujud bela sungkawa terdalam.







Komentar

Postingan Populer