Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

[Klee, No!!] Episode 2: Simulasi Thriller

Fischl, Barbara, Xingqiu, dan Noelle. Pemilik nama-nama itu masih sangat muda. Tahun ini umur mereka baru saja menginjak angka 17. Tujuh belas tahun itu masih muda, masih remaja. Seharusnya remaja itu masa-masa kita bisa bergerak bebas tanpa perlu memikirkan pajak, hutang, dan segala tetek bengeknya. Yang jelas, umur tujuh belas tahun itu terlalu muda untuk buat mati!

Benar. Seharusnya memang begitu. Betul begitu.

Namun pada akhirnya, secepat ini, kah, Tuhan mengambil nyawa mereka ...?

Suara yang mirip jangkrik itu masih belum kunjung berhenti. Selama suara aneh itu masih menghantui, degup jantung mereka masih belum bisa tenang. Keempat remaja itu nahas sekali, karena baru saja dititipi seorang anak tanpa mengetahui latar belakang bocah yang terlihat polos itu.

Uh, guys, kalau boleh kutanya, suara apa itu?” tanya Xingqiu. Dari suaranya saja, tidak kentara kalau saat ini ia sedang ketakutan, tetapi pupil matanya yang bergerak dari sudut ke sudut itu seolah menceritakan segalanya. 

“Tidak tahu. Asalnya pun aku tak tahu ....” 

“Ini simulasi thriller, ‘kan? Prank, ya? Prank doang, 'kan ....” gusar Barbara.

Noelle memejamkan mata, lalu menghela napas panjang. “Kuharap begitu. Tapi, mana kameranya?”

“Memang sudah saatnya ... dadah, dunia ....” sambar Fischl dengan begitu emonya. Dan yang tentu, membuat mereka makin panik.

Hum? Kakak-kakak kenapa takut begitu? Kata Tante Jean, Klee bisa main sama kalian!” Klee mengeluarkan sesuatu dari tas merahnya.

Ah, tolong. Kalau begini terus, mereka akan cepat menua sebelum waktunya. Rasanya sekarang ini mereka ingin pingsan berjamaah.


Episode ini dramatis sekali bukaaahhn? 😂

Kalau suka sama cerita yang model beginian, kalian bisa trakteer aku di Shinadara atau di Dwayalatus, buat modal ngurus blog ini. :D

Komentar

Postingan Populer