Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Makna Ramadhan

 ❝Replica, apa itu Ramadhan?" tanyaku sambil memandang bulan di langit malam. Ngomong-ngomong, perasaanku saja, atau bulannya malam ini lebih besar dan lebih terang dari malam-malam yang lalu?

 

Hyuse dan Yuma, yang juga duduk di balkon menyimak.

"Bulannya lebih besar!" seru Yuma, sambil menunjuk rembulan di langit, terus mengangguk-angguk.

"Ah? Mungkin karena ini bulan Ramadhan," celetuk Konami. Dia muncul tiba-tiba dari belakang kami. Aku hampir saja melompat dan menjerit kaget ....

Konami sempat-sempatnya tergelak waktu melihat aksiku. "Kau penasaran?"

"Ya, itu ... belakangan ini kelihatannya banyak diperbincangkan di internet. Trending worldwide. Bulan ini, setiap hari topiknya ramadhan, ramadhan, dan ramadhan ... jadi aku penasaran," jawabku. Lalu aku menggaruk-garuk kepala dan memasang raut bingung.

Replica menggerakkan tubuhnya ke atas dan bawah seolah mengangguk-angguk. Kemudian ia mulai menerangkan, "Ramadhan adalah bulan suci umat Islam yang dirayakan dengan cara melaksanakan puasa selama satu bulan penuh Ramadhan. Ramadhan yakni bulan yang membakar panasnya, mengesankan bahwa siapa yang menyambut bulan Ramadhan dengan benar dan antusias makan akan pupus, habis terbakar dosa-dosanya."

Aku mengernyit. "Kenapa begitu?"

"Pertanyaan bagus," sanjung Replica, lalu menjawab, "Penamaan Ramadhan karena ketika terjadi perubahan nama-nama bulan yang kemudian dikenal dengan nama Hijriah, penduduk Mekkah menamai bulan-bulan sesuai dengan iklim yang mereka alami ketika itu atau tradisi yang mereka lakukan."

"Karena Ramadhan identik dengan puasa, maka mereka menamakan bulan puasa," sambung Replica.

"Meski artinya Ramadhan itu sangat panas?" timpal Yuma.

Replica kembali menggerakkan badan – mengangguk. "Iya."

"Karena 'ku tak pernah merasakannya, aku juga jadi penasaran," tutur Konami. "Sebenarnya makna Ramadhan itu apa? Kenapa ... mereka seantusias itu dalam menyambut bulan ini?"

Sedari tadi Aku hanya menyimak dengan saksama. Maka yang kulakukan kini hanya menatap Konami dan Replica dengan penuh harap bergantian. Aku menantikan jawaban Replica atas ini.

"Di sebagian besar negara di Bumi, bulan Ramadhan menjadi bulannya cuti panjang. Makanya, bagi beberapa orang ... mungkin Ramadhan sekadar bulan puasa yang tak boleh ditinggalkan. Tapi bagi beberapa orang lain, Ramadhan adalah saat mereka menghabiskan waktu bersama keluarga. Menjalin silaturahmi... begitulah," jawab Replica.

Maka malam itu, akhirnya kami pun jadi tahu, seberapa spesialnya bulan ini ... bulan yang diistimewakan oleh orang-orang Muslim di seluruh penjuru dunia ini.

Komentar

Postingan Populer