Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

Adore You

Kedengaran suara lonceng kecil yang akan berbunyi tiap ada pelanggan masuk. Maka Childe mengangkat kepala, dirinya sudah siap untuk mengenalan topeng muka bisnisnya. Muka Childe berseri-seri waktu mengenali siapa yang baru saja membuka pintu kedai kopinya. Customer cantik kemarin!

————


———

Cewek itu cantik banget. Rambut blonde, mata kuning –agak oranye–, dan senyum manisnya. Ukh, tipe Childe banget. Dan hari ini, penampilannya terlihat lebih fresh dari kemarin-kemarin. Tapi, sayang di sampingnya ada cowok yang badannya pendek, rambut ijo, dan mukanya yang sudah jutek sekarang berekspresi datar. Benar-benar merusak pemandangan. 

“Halo, Kak! Pesan kaya yang kemarin, ya.” Cewek blonde itu bicara sambil menunjuk menu Tzintzer Lemoni: sebuah campuran antara perasan lemon, sari jahe, sedikit madu, dan susu sapi asli. Ini merupakan modifikasi dari minuman lemon ginger yang sudah ada sebelumnya, dipopulerkan oleh seorang kreator bernama Shinadara.

“Kak?” 

“Oh, Kak Lumine dari yang kemarin hari! Selamat datang kembali, Kak. Order seperti kemarin, Tzintzer Lemoni, ya?”

Lumine tersenyum puas. Karena meskipun terlihat tidak fokus, kasir ganteng satu ini hafal dengan pesanannya.

Si rambut ijo ikut buka mulut, “Saya yang Lemniskate Erfrischend aja.” Menu terbaru kedai ini, Lemniscatic Erfrischend: perpaduan antara sari tebu dan mint yang memberikan sensasi menyegarkan, seperti diterpa angin sejuk pegunungan.  [lemniscate: simbol ketakterbatasan (Inggris) & erfrischend: menyegarkan (Jerman)]

“Maaf atas ketidakprofesionalan saya, Kak. Sebagai gantinya, hari ini Kak Lumine dan temannya bisa dapat bonus satu menu, boleh menu drink ataupun dessertnya. Gratis. Saya yang traktir!” ujar Childe dengan nada ala-ala sales dan SPB semen yang lagi menjelaskan keunggulan produknya dari barang lain. Tapi kemudian ia lanjut berbicara, kali ini dengan berbisik, “Harganya jangan yang di atas 100, ya, Kak. Nanti saya diomel Mamabos!”

Mendengar guyonan Childe, Lumine tertawa kecil. 

Ah, anggunnya ....

Lumine menyeletuk, “Besok aku balik lagi, ah. Lumayan tiap hari dapat bonusan, haha.”

“Eh jangan dong, Kak. Bangkrut kita nanti,” timpal Childe.

“Hahaha, gak lah. Bercanda doang. Tapi besok aku betulan bakal ke sini lagi ngajak temen yang banyak, biar gak jadi bangkrut~”

“Bisa aja ah, Kakak cantik,” ucap cowok rambut jahe itu. “Terimakasih sudah mampir. Silakan ditunggu pesanannya ya, Kak.”

Kamu tak perlu bilang aku mencintaimu, atau bahkan sekadar mengetahui perasaanku padamu. Cukup dengan melihatmu mampir ke sini beberapa kali saja sudah membuatku bahagia. 

(Bukan cuma karena dapat duitnya aja. Jangan berspekulasi aneh-aneh, lo!)

———

Setelah yang cowok duluan –buat cari bangku–, Lumine masih berdiri di sana. Di depan kasir. Matanya memandang lurus ke Childe.

Lalu sambil senyum manis, ia meletakkan secarik sticky note berisi dua belas digit di sebelah mesin kasir. Sepertinya itu nomor telepon.

“Ah. Omong-omong, dia temanku,” bisik si cewek flawless. Lalu dirinya melambaikan tangan.

Childe ternganga. Sekarang perasaannya seperti bubur diaduk, berantakan: kaget, senang, malu.

Komentar

  1. Saya mengucapkan terima kasih banyak-banyak buat selera anehnya Shinadara atas inspirasi menu orderan Lumine. :)

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
    2. Sorry, salah. Maksudnya tadi https://www.blogger.com/profile/05100093389568263845

      Terimakasih admin

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer