Dan yang paling sering, seperti sekarang ini ....
“Yanfei jomblo! Yanfei ngenes! Yanfei jones! Yanfeihahahaha!” ledek Hu Tao kepada Yanfei. Ia berjalan berbalik hadap dengan Yanfei. Menyebalkannya lagi, ia terus mengejek sambil menjulurkan lidah.
Yanfei melengos dan memutar bola matanya. Tak membalas dengan sepatah katapun.
Namun, jackpot! Bermaksud menghindari gangguan, matanya justru menangkap seorang wanita yang memesona di seberang jalan. Hanya berjalan saja terpancar keeleganan darinya. Parasnya cantik jelita dengan tubuhnya yang tinggi semampai. Kulitnya putih cenderung pucat, rambut biru muda dengan bentuk tak simetris, serta mata heterokromia sektoral yang berwarna ungu di bagian atas dan kuning pasi di bawahnya. Semua yang ada padanya unik. Sempurna.
Yanfei rasa, ia telah jatuh hati kepada perempuan itu. Seperti cerita romansa klise lainnya, Yanfei jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saat waktu sudah agak lama berlalu, barulah Yanfei tersadar kalau ... sang bidadari baru saja keluar dari gerai Kapten Beidou!
“Hu Tao, ayo!” seru Yanfei.
“Ayo apa?” tanya Hu Tao dengan nada bingung. Alisnya naik satu. “Hei, Yan–”
Dirinya tak sempat mengusaikan kalimat, apalagi bertanya lebih, karena dikejutkan dengan Yanfei yang tiba-tiba menarik tangannya sambil berlari sekencang mungkin menuju seberang jalan. Untung masih lampu merah!
Pemilik gerai itu, Kapten Beidou, melotot. Kaget? Pasti, lah!
“Yanfei, ada apa?!”
Omong-omong, gerai ini merupakan lokasi Crux Travel, biro perjalanan dan pariwisata nomor satu di Liyue bertempat. Terdapat beragam akomodasi yang bisa dipilih.
Tanpa ba-bi-bu apapun lagi, dengan agak berteriak, Yanfei langsung menanyakan hal yang ada di pikirannya, “Kapten! Anda kenal dengan nona elegan tadi?” Cara berbicara dan tingkahnya pun seperti terburu-buru, tak seperti Yanfei yang biasanya, meski ia termasuk dalam lingkup pergaulan Hu Tao (baca: agak miring dan cerewet).
Beidou menaikkan alisnya. “Bukan kenal, sih, tapi aku tahu dia siapa,”
Yanfei menatapnya penuh harap. “Bisa kasih tahu—”
“Tunggu dulu.” Beidou menyeringai, mengalihkan pandangannya ke Hu Tao yang sekarang juga memasang ekspresi penuh tipu muslihat.
“Hmm…,” gumam Hu Tao, menahan senyum. “Aku yakin, Yanfei mau berkenalan dengan Nona Elegan itu!”
“Ah, Kapten!” keluh Yanfei.
“Kenapa? Kau tertarik dengan Nona Elegan itu?” tanya Beidou dengan nada setengah mengejek.
Hu Tao dan Beidou melirik satu sama lain. Kemudian keduanya sama-sama memasang senyum licik, saling pandang sambil menaik-turunkan alis.
“Aku akan mengajarimu cara berkenalan. Sekali pertemuan langsung jadi pakar! Dijamin,” ujar Beidou dengan semangat membara, meski terdapat nada guyon di ucapannya.
Hu Tao menepuk bahunya. “Jangan cemas, Yanfei! Sebentar lagi gelar jonesmu pasti terangkat! Semangat, Yanfeihahahaha!” Meskipun kalimat positif, tetapi terdengar menyebalkan di telinga Yanfei.
Dan entah mengapa, di saat yang sama ia mendapat firasat aneh tentang ini.
S h i n a d a r a
“Halo, dengan Ibu Eula?”
Eula mengernyit. Kemudian menjauhkan sedikit ponselnya untuk melihat nama si penelepon. Namun, tak ada huruf tertulis di sana. Hanya angka. Nomor tidak dikenal. Yang mana berarti ia tak pernah menyimpan nomor telepon ini. Maka dalam pikirannya ia bertanya-tanya, Siapa? Penipu? Bandar obat terlarang?
Namun, alih-alih suara orang asing yang terdengar mencurigakan, suara di ujung telepon malah terdengar… gugup?
Tangannya yang bergetar memegang dada kirinya. Jantungnya berdetak kencang. Pikirannya serasa ambyar.
“Aku… uh, saya ingin bertanya sesuatu.”
Eula menunggu.
“Apa Anda percaya cinta pada pandangan pertama?”
Hening.
Eula terdiam, tidak tahu harus merespons bagaimana. Tangannya memegang dada kirinya yang tiba-tiba berdebar lebih kencang. Siapa orang ini? Kenapa dia bertanya hal seperti ini?
“Atau harus aku ulang lagi lewat panggilan kedua?”
Seketika Eula menyadari—orang ini sedang bercanda. Ia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.
Setelah menyelesaikan kalimat yang dirasa kacau, melantur, dan amat memalukan, Yanfei memejamkan mata. Astaga, kacau-kacau-kacau! Payah. Aku mengacau. Nona cantik pasti berpikir diriku orang gila kalau begini ..., batinnya.
Namun mengejutkannya, perempuan di hadapannya ini tersenyum!
“Namaku Eula Lawrence, dari Mondstadt.”
Gadis rambut merah muda itu spontan mengangkat kepalanya yang semula tertunduk. Juga menatap Nonanya dengan pandangan tak percaya. “Ya?” responnya.
“Namaku Eula Lawrence, baru pindah dari Mondstadt seminggu yang lalu. Salam kenal ...?”
Yanfei mengerjap berulang kali. “Ah, uh ... saya Yanfei dari Mo–eh, Liyue!”
Eula menahan tawa kecil. Jadi, dia benar-benar tidak menyangka aku akan menanggapinya? Eula berdeham, lalu berkata, “Aku tak mau mengakuinya ... tapi sepertinya berkenalan dengan orang baru saat ini lebih menguntungkanku, daripada orang lain.”
Hening beberapa detik.
Lalu tiba-tiba terdengar suara tawa kecil.
Di seberang, Yanfei tersenyum lebar, hingga gusi di bagian atas giginya terlihat. Namun, tentu senyuman tersebut tak nampak bagi Eula. Lebih tepatnya, Eula tidak dapat melihat ekspresi Yanfei saat ini. Ini panggilan suara, bukan video call. “Nggak apa-apa, kok. I love you, by the way.”
Eula mengernyit. Namun tak lama, baru ia menyadari kalimat terakhir Yanfei, I love you, by the way.
Matanya melebar, pipinya merah merona. Ah, Yanfei!
Komentar
Posting Komentar