Langsung ke konten utama

Featured Post

Ashes Under the Aspen | Genshin Impact Fanfiction: MavuiTano / CapUika ( Mavuika x Capitano ) — America Colonization AU

    Hutan aspen di kaki Pegunungan San Juan tunduk pada kesunyian kala cahaya rembulan menyinari jagat. Dedaunannya berdesir pelan seperti desahan roh-roh tua bersahutan. Batang-batang putihnya menjulang bak jemari para dewa yang lupa bagaimana rasanya menyentuh bumi. Tahun di catatan sejarah telah menginjak angka 1908, rel kereta telah mulai menggigit pinggiran barat Colorado.  Sungai Arkansas mengalir lambat saat matahari terbenam, membelah tanah merah dan hutan pinus menjadi dua dunia yang tak pernah saling bicara. Di sisi timur berdiri kokoh kediaman keluarga Hadleigh, bangsawan kulit putih, pemilik tanah, pemegang kontrak dagang, dan peluru. Di sisi barat, di balik bayang-bayang pohon aspen, hidup suku Tetsune—para penjaga gunung, peramu hujan, dan pewaris bumi—jauh sebelum peta-peta dibuat. Kendati dunia luar sudah berubah mengikuti perkembangan zaman, masih ada satu sudut kecil yang belum terjamah modernisasi. Tempat itu tidak tergambar dalam peta manapun, tidak di...

Nocuous Path: 1. Terikat

 Meski dengan penerangan minim, di sana-sini tetap banyak orang yang menggoyangkan badan, diiringi dengan alunan musik disko yang berasal dari permainan lihai piringan hitam oleh sang DJ. Tiga hal tersebut lekat kaitannya dengan diskotek. Dan ... ya. Di situlah Yoon Ina berada saat ini. Seperti biasa.

Namun ketika ia sedang asyik berjoget ria, Ina merasakan paha kanannya bergetar. Getaran itu tentu saja berasal dari ponselnya yang ia letakkan di dalam saku celana.

Ibu: Pulanglah.

Pulang ... tentu maksud Ibu bukan pulang ke unit apartemen pribadinya. Melainkan ke rumah, tempat di mana ia dibesarkan dan tinggal hingga usia sembilan belas tahun.

Selama ini, ibunya tidak protes dan cenderung cuek dengan gaya hidupnya yang foya-foya. Semakin dipikir, sekujur tubuh Ina semakin bergetar hebat. Dan dirinya juga semakin. “Ibu, aku pulang ...,” lirihnya.

“Yoon Ina, besok kau akan menikah.”

“Maksud Ibu?”

“Kau pikir buat apa? Tentu saja untuk membayar permak dagumu ini,”

“Ibu, itu ofensif, tau!”

“Ofensif? Ofensif, kepalamu meleduk.”

“Sudah, pokoknya sekarang kau tidur saja yang nyenyak.”

“Oh iya. Jangan pernah berpikir untuk kabur.”


. . .


Sepanjang acara berlangsung, Ina tak henti-hentinya ternganga. Bagaimana tidak? Saat ini ia tengah mengalami hal-hal seperti drama yang biasa ditonton oleh teman-temannya.

“Mari kita 

“Mohon bantuannya, Nona Yoon Ina.” 

Auranya benar-benar menekan. “Eh ... baik, mohon bantuannya!”

Komentar

Postingan Populer