Langsung ke konten utama

Featured Post

Senja hingga Fajar | The Unwelcome Guests of House Fildette "What If Scenario" Fanfiction | Dusk Till Dawn Songfiction

 "Hayleen," gumam Benedict, seraya mengucek matanya dengan tangan. Dikerjapkannya kedua netra itu untuk memperjelas pandangan, sementara jiwanya masih melayang setengah, entah ke mana. Beberapa saat kemudian, barulah Benedict terbelalak. Otaknya memastikan kedua mata Benedict terbuka lebar-lebar, membuka paksa akses logika yang bersarang di dalam sana.  Hayleen? Nama siapa itu? Terasa asing, tapi juga familier di saat yang sama. Bagaimana bisa aku merasakan ini ... , batin Benedict berkecamuk, mendebatkan suatu ketidakpastian yang terus berkecambah dalam benaknya. Kendatipun, Benedict berusaha mempertahankan senyum di wajah bagaimanapun caranya; ia telah belajar dari kesalahan masa lalu -- lebih tepatnya kompilasi kesalahan , sebab kesulitannya dalam mengontrol ekspresi ini kerap menjadi akar segala problematika dalam hidupnya. "Ayah, Ayah! Bangun!" Lagi, terdengar suara yang menjadi alasan Benedict memutar otaknya di pagi-pagi buta. Suara melengking anak perempuan.

[Klee, No!!] Episode 1: Suara Jangkrik atau Bom?

 “Kalau gitu aku titip Klee ya, adik-adik manis ... terima kasih!” seru Jean, sambil melambaikan tangan. Usai berkata begitu, Jean langsung ngueng —beranjak pergi dengan motor elektrik kesayangannya.

... rasanya, kok, kayak ada suara jangkrik, ya?

Fischl, Barbara, Noelle, dan Xingqiu hanya saling pandang, lalu melihat Klee bersamaan. Sambil masih memeluk erat ransel merahnya, si bocah balik menatap keempat remaja itu. Mukanya terlihat berseri-seri. Senyum yang dipasangnya begitu lebar, lebih menambah kesan ngeri daripada gemas.

Uh, oh. Ternyata itu bukan suara jangkrik ... tapi suara hitung mundur bom. 

Astaga ....


Ini lanjutannya Klee & Ramadhan yaa btw :D

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer