Thoma menjauh, dan Ayaka mulai merasakan kehilangannya—tapi apakah itu karena kebiasaan atau perasaan? Jagoan Garuda tak puas hanya dengan itu. Sekarang, mereka punya rencana baru: membuat Ayaka melihat Thoma dengan cara yang berbeda.
📝
Chapter IV: Cara Keempat — Buat Dia Cemburu, Lagi, Tapi Jangan Terlalu Jauh!
Malam itu, Thoma berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit dengan perasaan campur aduk. Meskipun strategi menjauh sempat mengguncang keseharian Ayaka, apakah itu benar-benar berarti sesuatu? Apa dia hanya merasa terganggu karena kebiasaannya berubah, atau ada sesuatu yang lebih dalam?
Jagoan Garuda jelas tidak ingin berhenti di situ.
“Kita harus naik level,” ujar Childe dengan penuh semangat keesokan harinya. “Menjauh memang bikin dia sadar, tapi sekarang kita kasih dia sesuatu yang bisa bikin dia… berpikir.”
Yoimiya menyeringai. “Cara ketiga: Tunjukkan Daya Tarik Lain!”
Hanin mengangkat catatan mereka dan membacakan detailnya.
Perlihatkan kemampuan lain yang selama ini tidak dia sadari.
Buat orang lain tertarik padamu di hadapannya.
Tunjukkan kalau kamu lebih dari sekadar ‘teman baik’.
Thoma mendesah. “Ini kedengarannya…”
“Seperti sesuatu yang bakal berhasil?” Bala menyeringai.
Sebenarnya, Thoma punya cukup banyak kemampuan. Dia bisa bertarung, memasak, bahkan berbaur dengan siapa saja. Masalahnya, selama ini dia hanya dikenal sebagai orang yang selalu ada untuk Ayaka.
“Aku sudah tahu harus bagaimana,” kata Hanin tiba-tiba. “Lady Ayaka sudah terbiasa melihatmu sebagai ajudannya. Sekarang, buat dia melihatmu sebagai seseorang yang lebih dari itu.”
📝
Kesempatan datang lebih cepat dari yang diduga.
Hari itu, ada sesi latihan bela diri di kediaman Kusumadewa. Biasanya, Thoma hanya mendampingi Ayaka sebagai sparring partner. Tapi kali ini, dia diminta melatih para samurai muda di hadapan para tamu kehormatan.
Di antara mereka, Ayaka duduk di barisan depan bersama kakaknya, Abimanyu.
Latihan dimulai, dan Thoma menunjukkan keahliannya dengan serius. Gerakannya lincah dan penuh perhitungan, berbeda dengan kesan santai yang biasa dia tunjukkan sehari-hari. Setiap serangan dan pertahanan yang ia lakukan terlihat begitu tajam dan penuh presisi, membuat para samurai muda tertegun.
Ayaka memperhatikannya dalam diam.
“Thoma cukup berbakat,” komentar Abimanyu.
Ayaka mengangguk kecil. “Dia selalu seperti ini.”
Tapi di dalam hatinya, dia tahu ini berbeda. Thoma bukan hanya sosok yang selalu ada di sampingnya. Dia adalah seseorang yang dihormati, seseorang yang memiliki keahlian dan kepribadian yang menarik banyak orang.
Dan ternyata, bukan hanya Ayaka yang berpikir demikian.
Saat latihan selesai, seorang gadis dengan seragam berwarna hijau gelap menghampiri Thoma dengan ekspresi tenang tapi penuh ketertarikan.
“Kau sangat mengesankan,” katanya.
Ayaka mengenali gadis itu—Kuki Shinobu, sosok yang dikenal cerdas dan kuat.
“Oh, uh… terima kasih.” Thoma tersenyum canggung.
“Kalau kau ada waktu, mungkin kau bisa berbagi beberapa teknik dengan klan kami?” Shinobu melanjutkan. “Aku yakin mereka akan belajar banyak darimu.”
“Eh? Aku?” Thoma sedikit terkejut. “Aku tidak keberatan, tapi…”
Sementara itu, Jagoan Garuda yang mengamati dari kejauhan langsung menahan tawa.
“Bro, bro, lihat wajah Ayaka!” bisik Bala dengan penuh semangat.
Ayaka tetap duduk dengan ekspresi netral, tapi tatapannya tertuju pada Thoma dan Shinobu.
“Bagus. Sangat bagus,” kata Childe, nyaris tertawa. “Kita sudah berhasil membuat dia memperhatikan.”
Thoma masih sedikit skeptis. Tapi saat dia berpamitan pada Shinobu dan kembali ke tempatnya, matanya bertemu dengan Ayaka—dan untuk pertama kalinya, ada sesuatu yang berbeda dalam sorot mata gadis itu.
Mungkin ini bukan sekadar permainan lagi.
Mungkin… ini adalah awal dari sesuatu yang nyata.
📝
“Ayaka benar-benar memperhatikan.”
Childe menatap Thoma dengan tatapan puas, seolah misi mereka baru saja mencapai tahap penting.
“Tatapan itu, saudara-saudaraku,” Bala menimpali, “adalah awal dari api kecil yang kita sebut cemburu.”
Thoma mendesah, meneguk tehnya sambil menyandarkan diri di bangku taman. “Aku masih merasa ini terlalu berlebihan. Kita nggak seharusnya main-main dengan perasaan orang lain.”
“Tapi kau juga ingin tahu, kan?” Yoimiya menyenggol lengannya dengan cengiran nakal. “Apakah Lady Ayaka benar-benar punya perasaan untukmu, atau dia cuma terbiasa dengan keberadaanmu?”
“…Itu yang bikin aku ragu.”
Hanin menutup catatannya dan berkata dengan nada bijak, “Itulah kenapa kita harus melanjutkan ke tahap berikutnya.”
Childe berdeham, lalu membacakan strategi berikutnya dengan penuh wibawa.
Cara Keempat – Buat Dia Cemburu, tapi Jangan Terlalu Jauh!
- Bersikap ramah dan akrab dengan seseorang di hadapannya.
- Tunjukkan bahwa kau menarik bagi orang lain, tapi tetap sopan.
- Jangan sampai terkesan murahan—cemburu yang sehat, bukan membuatnya ilfeel.
Thoma sudah bisa menebak ke mana arahnya. “Jangan bilang kalian mau pakai Shinobu lagi?”
Bala mengangkat bahu. “Bisa, sih. Tapi kalau pakai orang yang sama, Lady Ayaka bakal tahu kita sengaja.”
“Makanya…” Childe menyeringai. “Kita cari kandidat baru.”
📝
Kesempatan emas datang di pertemuan keluarga Kusumadewa malam itu. Para tamu dari berbagai klan hadir, termasuk perwakilan dari Klan Kujou dan beberapa keluarga terpandang lainnya.
Ayaka, seperti biasa, berdiri anggun di sisi Abimanyu, menyambut tamu dengan sopan.
Thoma, yang seharusnya hanya berada di latar belakang sebagai ajudan, malah menarik perhatian beberapa tamu—terutama para nona muda dari keluarga bangsawan.
“Oh? Jadi ini ajudan Lady Ayaka yang terkenal itu?” salah satu gadis berbisik pada temannya. “Dia lebih menarik dari yang kudengar.”
Thoma sendiri tidak menyadari ini sampai seorang gadis dari Klan Kujou, yang dikenal sebagai putri sulung jenderal mereka, mendekatinya dengan penuh percaya diri.
“Kau yang bernama Thoma, bukan?”
Thoma menoleh dan tersenyum sopan. “Adalah benar, Lady Kujou. Senang bertemu denganmu.”
“Aku selalu mendengar cerita tentang keahlianmu dalam bertarung dan memasak.” Gadis itu tersenyum tipis. “Mungkin suatu saat aku bisa mencicipi masakanmu?”
Thoma sedikit terkejut, tapi tetap menjaga sikapnya. “Tentu, jika ada kesempatan.”
Obrolan mereka mengalir dengan lancar, dan tanpa disadari, mata Ayaka beberapa kali melirik ke arah mereka.
Abimanyu, yang peka terhadap adiknya, berbisik pelan, “Ayaka, kau baik-baik saja?”
Ayaka menyesap tehnya dengan tenang. “Tentu.”
Tapi ada sesuatu di genggaman cangkirnya yang sedikit lebih erat dari biasanya.
Jagoan Garuda yang mengamati dari kejauhan saling sikut.
“Bro,” bisik Yoimiya dengan penuh kegirangan. “Dia mulai bereaksi.”
Bala terkekeh. “Sekarang tinggal lihat apa yang terjadi selanjutnya.”
📝
Saat malam semakin larut dan para tamu mulai berpamitan, Ayaka berjalan ke taman untuk menghirup udara segar. Tapi langkahnya terhenti saat melihat Thoma berdiri di dekat jembatan, masih berbincang dengan Lady Kujou.
Untuk pertama kalinya, Ayaka merasa ada sesuatu yang mengusik dadanya.
Bukankah Thoma selalu ada di sisinya?
Bukankah selama ini dia yang mengenal Thoma lebih dari siapa pun?
Lalu kenapa sekarang, melihatnya berbicara dengan gadis lain, ada perasaan aneh yang mengganggu hatinya?
Ayaka menghela napas, berbalik, dan berjalan pergi.
Dia tidak menyadari bahwa Thoma sempat melihat siluetnya.
Dan untuk pertama kalinya, Thoma mulai bertanya-tanya—apakah semua ini benar-benar hanya permainan?
Tokoh 50 Cara 'Tuk Curi Hatimu
- Ayara Kusumadewi (Kamisato Ayaka) alias AYAKA
- Thomas Günther Schumacher (Thoma) alias THOMA
- Abimanyu Kusumadewa (Kamisato Ayato) alias ABIMANYU
Tokoh Pendukung
Kwarto Jagoan Garuda
- Hu Tao as Hanindya Putri Ramananda (Hanin)
- Naganogara Yoimiya as Naganohara Yoimiya (Yoimiya)
- Childe as Ajax Lyubovich Ledovsky (Childe)
- Scaramouche/Kunikuzushi as Khaizuran Balaaditya Saguntur (Bala)
Komentar
Posting Komentar